Awal 1960-an, saat Nurtanio dipercaya memimpin LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan), banyak ide-ide yang dihasilkan, salah satunya adalah prototipe gyrocopter bernama Koelentang alias Kursi Terbang.
Gyrocopter atau girokopter, atau sering disebut juga autogyro (otogiro), merupakan mesin terbang mirip helikopter. Beda dengan helikopter, girokopter terbang menggunakan mesin sebagai pendorong, sedangkan baling-baling utama tidak terhubung dengan mesin melainkan bebas berputar. Saat memperoleh kecepatan yang cukup maka baling-baling utama berputar menjadi sayap dan kendaraan unik ini dapat mengangkasa.
Teknologi ini merupakan buah karya Juan de la Cierva, insinyur asal Spanyol yang mendemonstrasikan karyanya pertama kali pada tanggal 9 January 1923 di Madrid. Berikutnya beberapa perusahaan membuat variasi girokopter dan digunakan untuk layanan pos. Saat Perang Dunia II, walaupun terbatas jumlahnya, girokopter dipakai untuk tugas intai artileri, observasi, bahkan anti kapal selam.
Cuplikan berita/artikel tentang Koelentang di majalah Angkasa Edisi Mei 1962. Girokopter ini belum dipasang mesin dan dalam tahap uji coba kestabilan terbang.
Koelentang mengambil basis desain dari Bensen B-8M karya Ir. Igor Bensen, imigran Rusia yang tinggal di Amerika Serikat. Aslinya bermesin McCulloch 72 pk tapi dimodifikasi oleh Nurtanio dengan memasang mesin VW. Tapi sebelum dipasang mesin, Koelentang diuji karakteristik terbangnya lebih dahulu tanpa mesin dengan ditarik mobil jeep layaknya sebuah pesawat layang (glider).
Setelah serangkaian percobaan tanpa mesin dan terbukti terbang stabil, barulah Kolentang dipasang mesin dan diuji coba terbang untuk pertama kalinya oleh Nurtanio di Pangkalan Udara Husein Sastranegara pada tanggal 4 Juli 1963. Nurtanio menganggap girokopter sebagai bukan saja kendaraan udara, melainkan juga kendaraan darat. Dengan bentuk sederhana dan ukurannya yang kecil, girokopter dapat lepas landas dari lapangan bola dan mendarat secara vertikal.
Dia berencana mendemonstrasikan Koelentang ini sebagai kendaraan hibrida (hybrid). Dari Bandung menuju Jakarta, Nurtanio akan mengeluarkan girokopter ini dari garasi rumahnya di Jl. Cendana, Bandung, menggunakan mesin pendorong untuk bergerak di jalan raya menuju Husein Sastranegara layaknya mobil.
Penerbangan perdana Koelentang dari Husein Sastranegara oleh Nurtanio pada tanggal 4 Juli 1963. Direncanakan Nurtanio sebagai kendaraan hibrida.
Dari Husein Sastranegara, Koelentang terbang menuju Bandara Internasional Kemayoran. Setelah sampai kendaraan ini kembali bergerak melalui jalan raya daerah Jakarta Pusat menuju Markas Besar AURI di Tanah Abang Bukit. Diperhitungkan waktu perjalanan mencapai 1,5 jam dan jika menghadapi cuaca buruk, Nurtanio akan mendaratkan Koelentang di lapangan bola yang waktu itu masih ada di setiap kecamatan.
Tidak ada informasi apakah demonstrasi ini pernah dilakukan Nurtanio. Tentunya bila jadi dilaksanakan, diperlukan izin dan pengaturan lalu lintas dari kepolisian. Sayangnya Koelentang tidak bisa diselamatkan untuk menjadi koleksi museum, generasi muda saat ini hanya mengenalnya dari foto-foto dokumentasi yang ada. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)
“…girokopter dapat lepas landas dari lapangan bola dan mendarat secara vertikal”
Saya kira pragrap ini sangat fatal. Gyro tidak dapat take off dan landing secara vertikal, karena baling2 atas (main rotor) bisa berputar setelah ada gerak maju karena ada dorongan/tarikan propeler yg tersambung ke mesin. Kalau vertikal berarti tdk ada gerak maju. Disini bedanya antara girokopter dan helikopter.
SukaSuka
Terimakasih atas tanggapannya….
Gyrocopter memang tidak bisa lepas landas secara vertikal, tapi bisa mendarat secara vertikal.
Coba cari informasi lagi tentang gyrocopter dan pengoperasiannya.
SukaSuka
Di YouTube ada bbrp yg bisa mendarat nyaris vertikal dan ada short take off bahkan ada yg hovering ( terbang diam ) bahkan 3 x rolling …….. silahkan buka YouTube
SukaSuka
Gyrocopter itu terbang dan mendarat sama seperti pesawat hanya saja landasanya pendek sekali, tidak bisa mendarat vertikal karena tidak bisa berhenti di atas udara dan turun perlahan, cara kerja baling balingnya pasif jadi perlu dorongan dari belakang.
SukaSuka
Silahkan buka YouTube ada yg bisa hovering juga .
SukaSuka