Aero Vodochody L-29 Delfin (Dolphin) asal Cekoslovakia merupakan tipe pesawat jet LL (Latih Lanjut) milik AURI yang hadir pada pertengahan 1964. Tahun 1980 atau 16 tahun kemudian sang Lumba-Lumba melaksanakan latihan terbang jarak jauh terakhirnya sebelum dipensiunkan.
Bulan Juli 1980 yang bertepatan dengan 1 Ramadhan atau tanggal 14 Juli, para siswa Sekbang (Sekolah Penerbang) XXVI dari Jurusan Tempur (Fighter) dan Angkut (Transport), lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Adisucipto untuk melaksanakan latihan terbang jarak jauh yang ternyata untuk terakhir kalinya bagi tipe pesawat ini.
Berbeda dengan Skadron Operasional, proses lepas landas yang dilakukan siswa dari Skadron Pendidikan 103 Wing Pendidikan 1 ini dilakukan satu per satu dengan selang waktu 10 menit bukan secara formasi atau berdekatan. Hal ini selain untuk keselamatan terbang bagi para siswa, juga melatih mempraktekan pelajaran navigasi tanpa saling melihat pesawat lainnya atau saling mengkoreksi satu sama lain.
Dari Adisucipto, sebanyak enam pesawat diterbangkan menuju Halim Perdanakusuma. Dari Jakarta, mereka melanjutkan latihan terbang jarak jauh ke pangkalan-pangkalan udara di bawah Kodau (Komando Angkatan Udara) I di Sumatra. Rute yang diambil adalah Padang, Pekanbaru, Medan, Pekanbaru, dan Palembang, lalu ke Jakarta terakhir kembali pulang ke Yogyakarta. Seluruh latihan penerbangan ini memakan waktu sampai seminggu.
Para siswa Sekbang bersiap melaksanakan latihan terbang rutin. Pesawat L-29 selain dioperasikan di Adisucipto, Yogyakarta juga terkadang di Iswahyudi, Madiun.
Tujuan latihan terbang jarak jauh ini adalah mempraktekan pelajaran navigasi dan bina terbang dalam rangkaian penerbangan jarak jauh sekaligus mendapatkan pengalaman dan wilayah yang dilalui serta pangkalan udara yang didarati. Sebelum mengikuti latihan ini setiap siswa wajib mengumpulkan lebih kurang 60 jam terbang yang meliputi terbang solo, terbang instrumen, terbang malam, terbang formasi, terbang aerobatik, dan latihan penembakan udara ke darat dan udara ke udara menggunakan senjata kamera (gun camera).
Selain dari Adisucipto, karena semakin padatnya frekuensi penerbangan sipil dan ditambah kurang memadai panjang landasannya, operasional L-29 ini terkadang menggunakan Pangkalan Angkatan Udara Iswahyudi, Madiun. Untuk latihan terbang jarak jauh, bagi pesawat ini merupakan tugas rutin dan selalu dilakukan sebelum melepas para siswa penerbang menjadi pilot “siap pakai”, bertugas di skadron operasional.
L-29 digunakan saat melaksanakan Operasi Rukun, latihan terbang jarak jauh menuju Malaysia pada tahun 1970 oleh para siswa Sekbang XVI.
Bahkan pada tahun 1970, Sekbang XVI mendapat kehormatan melaksanakan latihan terbang jarak jauh ke luar negeri, dari Iswahyudi menuju Sempang, Kuala Lumpur dengan menggunakan sembilan L-29 didukung oleh pesawat amfibi SAR (Search Air Rescue) Grumman Albatros PR-517 dan pesawat angkut Lockheed C-130B Hercules. Latihan ini disebut Operasi Rukun yang bertujuan mempererat kembali hubungan antara kedua negara pasca berakhirnya Kampanye Dwikora. Dalam operasi ini, rombongan terbang dibagi atas empat flight yaitu Alfa-Red, Alfa-Blue, Alfa-Green, dan Alfa Yellow. Ikut dalam latihan Operasi Rukun ini adalah enam siswa penerbang titipan asal Malaysia yang juga termasuk Angkatan XVI.
Berkat ketekunan teknisi TNI-AU dan bantuan teknisi asal Cekoslovakia, L-29 tergolong sedikit dari tipe pesawat buatan Timur yang masih dapat dipertahankan operasionalnya cukup lama sampai era Orde Baru. Tapi semakin lama suku cadang sulit didapat, kanibalisme tidak terhindarkan. Apalagi TNI-AU pada akhir 1970-an dan awal 1980-an demi efisensi dan efektivitas berkeinginan untuk berkiblat menggunakan seluruhnya produk alutista (peralatan utama sistem senjata) buatan Barat.
Teknisi TNI-AU sedang mempersiapkan L-29 agar selalu siap terbang baik untuk latihan terbang rutin maupun latihan terbang jarak jauh.
Seperti yang disebut sebelumnya, Sekbang XXVI menjadi yang terakhir melaksanakan latihan terbang jarak jauh sekaligus menutup penggunaan L-29. Sang Lumba-Lumba digantikan oleh Elang asal Inggris yaitu Hawk Mk.53 buatan British Aerospace, empat unit tiba di Indonesia pada bulan September di tahun yang sama. Sebagai simbol salam perpisahan, kedua tipe ini terbang formasi saat dipamerkan pada HUT (Hari Ulang Tahun) ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) ke-35 sebulan kemudian.(Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)