DAUM tergolong kesatuan angkut militer cadangan (auxiliary), fungsinya sangat penting untuk merekat persatuan bangsa yang baru saja merdeka.

DAUM (Dinas Angkutan Udara Militer) dibentuk oleh AURI berdasarkan Surat Ketetapan KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara) Nomor 28/11/KS/51 tanggal 21 Maret 1951. Awalnya DAUM merupakan bagian dari Skadron 2 yang bermarkas di Tjililitan (Pangkalan Angkatan Udara Halim Perdanakusuma), Jakarta tapi kemudian dipisahkan menjadi skuadron yang mandiri berdasarkan Ketetapan KSAU Nomor 28A/11/51 tanggal 23 April 1951 dan ditempatkan di Andir (Husein Sastranegara), Bandung.

DAUM-2
Lambang skuadron angkut cadangan DAUM yang sangat merakyat, pedati yang ditarik kerbau terbang !

Tugas DAUM tidak jauh berbeda dengan maskapai sipil seperti layaknya maskapai penerbangan satu-satunya di Indonesia waktu itu, GIA (Garuda Indonesia Airways).  DAUM mengangkut penumpang dan barang secara rutin/berjadwal, bedanya harga tiket minim bahkan gratis, dan terbang melayani ke wilayah terpencil dan pulau terluar di Indonesia yang belum mendapatkan layanan transportasi memadai.

Tugas ini memang sifatnya sosial dan lebih dari itu, sebagai bukti bahwa pemerintah pusat yang baru eksis seumur jagung ini memiliki kepedulian terhadap seluruh masyarakat dan wilayah Indonesia. Hal-hal yang lucu terjadi, tidak jarang penduduk setempat yang relatif terisolir dari informasi luar, menyambut pesawat DAUM dengan lagu Wilhelmus karena masih menganggap sebagai Hindia Belanda, bukan Indonesia.

Karena inilah, baik pilot dan awak pesawat DAUM memiliki tugas tambahan, memperkenalkan kemerdekaan Indonesia. Salah satu trik yang paling dikenal adalah menggelar layar tancap yang memutar film-film perjuangan buatan Departemen Penerangan dan PPFN (Pusat Produksi Film Negara) dengan terlebih dahulu menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

DAUM-3
Briefing sebelum terbang. Tampak rute layanan DAUM meliputi seluruh wilayah Indonesia baik wilayah Barat maupun Timur, dan bahkan di wilayah perbatasan dan pulau terluar.

Armada yang digunakan oleh DAUM adalah pesawat angkut Douglas C-47/DC-3 Dakota, walaupun terkadang meminta bantuan dari Skadron 5 Amfibi untuk wilayah yang tidak memiliki lapangan terbang tapi terdapat akses sungai, pantai atau danau.

Karena berpengalaman terbang di jalur perintis, kru DAUM pula yang dipercaya oleh pemerintah untuk mengurus maskapai penerbangan MNA (Merpati Nusantara Airlines) untuk membuka jalur penerbangan di Kalimantan (Baca : Dakota dan Otter, Modal Awal MNA).

Sekarang skudron DAUM sudah tidak ada lagi, tapi tugas DAUM masih dipertahankan sampai sekarang dan dilakukan oleh skuadron angkut TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) yaitu Skadron 2, Skadron 31, dan Skadron 32. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)