Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut membutuhkan tambahan pesawat intai dan patroli maritim untuk menjaga wilayahnya sekaligus tugas SAR (Search & Air Rescue).

Doktrin menjaga wilayah laut sebagian besar diserahkan kepada TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) yaitu lewat Skuadron 5 yang bermarkas di Pangkalan Angkatan Udara Sultan Hassanudin, Makassar. Jika ada masalah di perairan, TNI-AU akan mengontak dan melaporkan kepada kapal TNI-AL (Angkatan Laut) untuk mengeksekusinya. Walaupun TNI-AL juga memiliki pesawat patroli laut, tapi sifatnya cenderung taktis, sebagai “mata” dan “perpanjangan tangan” dari kapal perang.

Pada akhir 1970-an Skuadron 5 berkekuatan Grumman Albatros, pesawat amfibi yang sudah berumur dan patut diganti. Berkat rezeki minyak, TNI-AU berkesempatan meregenerasi armada intai maritimnya. Boeing 737-200 yang nantinya dipasang peralatan canggih, SLAMMR (Side-Looking Airborne Modulated Multi mode Radar) dipilih karena dapat menjangkau wilayah perairan Indonesia dengan cepat. Satu unit pesawat ini mulai aktif di Skuadron 5 pada bulan Juni 1982. Skuadron dengan lambang putri duyung ini total memiliki tiga unit Boeing 737-200 versi Surveillance yang dijuluki Camar Emas.

Hampir bersamaan, TNI-AU juga memesan pendamping Boeing 737-200 karena ada kekurangan, tidak memiliki kemampuan SAR dan ditambah lagi kecepatannya tinggi–bermesin jet–sehingga tidak efektif menyisir area patroli lebih teliti. Pilihan jatuh kepada Lockheed C-130H-MP (Maritime Patrol) atau Hercules versi patroli maritim. Hal yang logis mengingat TNI-AU telah memiliki Hercules sebagai pesawat angkut sehingga pelatihan krunya lebih praktis.

C-130MP-2
C-130H-MP beregistrasi AI-1322, dititipkan lebih dahulu di Skuadron 32 untuk pelatihan dan operasional kru, sebelum diserahkan ke Skuadron 5.

Skuadron 32 Angkut Berat ditunjuk sebagai skuadron transisi sebelum diserahkan ke Skuadron 5. Lewat Surat Perintah Panglima Koptadara (Komando Paduan Tempur Udara) Nomor : PRIN/156/XII/1981 tugas Skuadron 32 adalah memelihara, menyiapkan, dan mengoperasikan C-130H-MP, sekaligus melatih kru Skuadron 5 sampai siap mengoperasikan sendiri pesawat tersebut. Satu unit Hercules patroli maritim ini resmi memperkuat Skuadron 5 pada akhir Agustus 1982 dan diberi registrasi AI (Angkut Intai)-1322.

Karakteristik dan performa dasar Hercules versi ini tidak berbeda dengan versi H untuk angkut seperti yang dimiliki Skuadron 32. Bedanya pada peralatan-peratalan yang dipasang untuk tugas patroli dan pengintaian maritim meliputi radar khusus maritim yang sanggup mendeteksi kapal sampai 185 km dan alat navigasi jarak jauh canggih berkemampuan ANS (Area Navigation System).

Untuk peralatan pendukung SAR, C-130H-MP dilengkapi lampu sorot, pengeras suara, peluncur peluru suar (flare), dan palet penyelamat yang berisi dua perahu karet, dua kontainer makanan, dan satu radio. Palet penyelamat ini dipasang di pintu kargo belakang (ramp door) yang dapat diluncurkan/dijatuhkan ke laut dengan cara terbang rendah.

Selain itu dari sisi fisik, dua pintu belakang yang bisanya diperuntukan menerjunkan pasukan, diganti dengan pintu berkaca jendela besar. Dari pintu ini, pengamat dapat mengobservasi wilayah laut baik dengan mata telanjang, teropong, atau memotret dengan kamera beresolusi tinggi. Sebagai tambahan untuk kenyamanan kru, disediakan ruang istirahat berupa empat tempat tidur dan ruang duduk, dilengkapi pemutar musik.

Iklan-C-130H-MP
Lockheed Hercules mempromosikan C-130H-MP dan fungsinya untuk mengawasi Indonesia yang memiliki 13.000 pulau.

Sebagai patroli maritim, C-130H-MP dapat melaksanakan tugas pengawasan laut, mencegah pelanggaran wilayah oleh kapal asing. Selain itu juga pengamatan untuk kegiatan penangkapan ikan ilegal, penyelundupan, dan pencemaran/polusi lingkungan hidup laut.

Untuk tugas SAR, C-130H-MP dapat terbang tinggi dan cepat ke tempat terjadinya kecelakaan di laut, menemukan penyintas dengan terbang rendah, menjatuhkan palet penyelamat, dan memberikan informasi tepat kepada kapal dan pesawat/helikopter SAR lainnya. Dengan fungsi ANS, Hercules ini dapat terbang dengan moda SAR lewat tiga pola (pattern) pilihan yaitu ladder pattern, expanding square pattern, dan sector pattern.