Hubungan kerjasama militer antara negara serumpun ini diwujudkan salah satunya lewat Elang Malindo (Malaysia-Indonesia), pertama kali dilakukan pada tahun 1975.

Elang Malindo diadakan bukanlah sebuah bentuk aliansi militer, sebatas kerjasama dan saling berbagi ilmu dan pengalaman antara kedua negara, terlebih lagi secara politis merupakan bagian dari diplomasi persahabatan antara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations).

TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia) dan TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) melakukan kerjasama pertama kali lewat Elang Malindo I, dilakukan selama seminggu, dimulai pada tanggal 13 Oktober. Latihannya dipusatkan di Pangkalan Pemusnah TUDM Kuantan, ibukota Kesultanan Pahang, Malaysia.

TNI-AU mengerahkan enam unit Lockheed T-33 Bird sedangkan TUDM enam unit Canadair CL-41G dari Skuadron 6 yang dikenal dengan nama lokal Tebuan (Tawon) dengan jumlah yang sama. Sebagai catatan, keenam unit T-33 ini merupakan bagian dari latihan militer TNI-AU yang diadakan di Pulau Sumatra, meliputi Palembang, Medan, Padang, dan Pekanbaru pada bulan yang sama.

Elang-Malindo-I-1
Elang Malindo I melibatkan enam unit (empat operasional, dua cadangan) T-33 milik TNI-AU dan Tebuan milik TUDM, berlatih di Kuantan, Malaysia. 

Kehadiran keenam T-33 ini menghebohkan masyarakat setempat karena baru kali ini diadakan latihan militer oleh kedua negara. Ketua Turus (Kepala Staf) TUDM Marsyal Muda Udara Datuk Sulaiman Sujak menyambut kedatangan tamu dari Indonesia dan sekaligus dalam sambutannya menyebut latihan ini “tidak saja akan menimbulkan perasaan saling mengerti, tapi juga membangkitkan semangat persahabatan dan penyatuan bagi kepentingan di antara kedua angkatan udara”.

Dilihat dari sisi performa dan kemampuan, T-33 dan Tebuan merupakan satu kelas, setara, sama-sama merupakan pesawat latih lanjut dengan kemampuan sekunder penyerang darat. Bedanya adalah T-33 adalah pesawat latih dengan kursi tandem, sedangkan Tebuan merupakan pesawat latih bersisian (side by side).

Perbedaan lainnya adalah mesin T-33 lebih bertenaga dan mampu terbang lebih cepat mencapai Mach 0.8 dengan batas ketinggian terbang 45.000 kaki. Sebaliknya Tebuan memiliki kecepatan maksimum 700 km/jam dengan batas ketinggian terbang 30.000 kaki tapi kelebihannya kemampuan manuvernya lebih lincah dari T-33.

Latihan tempur yang dilakukan T-33 dan Tebuan pada hari pertama adalah terbang formasi dengan jarak dekat (close formation). Karena kecepatannya lebih rendah, T-33 harus mengalah dengan terbang lebih pelan, menyesuaikan dengan Tebuan. Penerbangan dilakukan dalam empat pasang dengan sebutan Cakra Madah, Cakra Jangka, Cakra Todak, dan Cakra Helang.

Besoknya melaksanakan latihan formasi tempur (battle formation) yang dilakukan oleh Cakra Madah dan Cakra Jangka dengan susunan Tebuan-T-33 dan Tebuan-T-33. Hari ketiga dilakukan latihan taktik pertempuran udara (air combat tactic) dengan formasi empat unit Tebuan (Cakra Madah) dan empat unit T-33 (Cakra Helang). Formasi ini lalu dicampur dengan dua unit Tebuan dan dua unit T-33.

Hari keempat adalah latihan pencegatan (intercept), dilakukan oleh empat unit Tebuan dan empat unit T-33, lalu formasi ini kemudian dicampur. Besoknya dilakukan latihan penembakan dengan senapan mesin (gunnery) dan roket (rocketry) dengan formasi Cakra Madah (empat unit Tebuan) dan Cakra Helang (empat unit T-33). Karena T-33 tidak bersenjata maka penembakan hanya dilakukan oleh Tebuan.

Elang-Malindo-I-2
Elang-Malindo-I-3
Selain berlatih dalam formasi campuran, kru pesawat juga dicampur, tampak pilot TUDM bersiap duduk di belakang T-33 (atas) sedangkan pilot TNI-AU bersiap naik ke Tebuan (bawah).

Karena memiliki kursi ganda, selain formasi dicampur, kru juga dicampur. Pilot TUDM ikut di T-33 sebaliknya pilot TNI-AU ikut di Tebuan. Hal ini juga bagian dari latihan, berkesempatan mengawaki pesawat berbeda dan mengetahui dengan jelas kelebihan dan kekurangannya.

Dalam latihan udara pertama antara TUDM dan TNI-AU ini dinilai lancar dan berlangsung baik. Selain latihan di udara, ilmu lainnya yang diserap adalah dari sisi perawatan pesawat, baik teknisi TNI-AU dan TUDM saling berbagai pengalaman dalam melaksanakan manajemen perawatan (maintenance management) di pangkalan udara berhubungan dengan prosedur, tata tertib administrasi, kebersihan dan kerapian dalam bekerja.

Elang Malindo I telah berhasil dengan sukses, berikutnya diadakan Elang Malindo II, kali ini TNI-AU yang menjadi tuan rumahnya dan dilaksanakan pada tahun berikutnya. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)