Fokker F.VIIb-3M atau dikenal sebagai Fokker Trimotor merupakan pesawat yang membuka dunia penerbangan sipil di Hindia Belanda.
Perkenalan Hindia Belanda dengan Fokker Trimotor diawali dengan pendahulunya, Fokker F.VII beregistrasi H-NACC, bersayap tunggal dan belum memiliki tiga mesin hanya bermesin tunggal, namun berhasil terbang dari Schiphol, Amsterdam menuju Tjililitan, Batavia pada tahun 1924 (Baca : Tjililitan, Pintu Gerbang ke Eropa dan Pangkalan Udara Militer).
Ekspedisi terbang jarak jauh milik maskapai penerbangan KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) itu dinilai berhasil walaupun memakan waktu 55 hari karena adanya kerusakan teknis. Anthony Fokker, sang perancang sekaligus pendiri pabrik Fokker kelahiran Blitar ini lantas memodifikasi lebih lanjut dengan memperbesar badan pesawat dan memasang dua mesin tambahan—disebut Fokker F.VIIa-3M—agar dapat terbang lebih cepat dan lebih aman.
Klub otomotif di Hindia Belanda berpose di depan Fokker Trimotor milik KNILM beregistrasi PK-AFB. Foto ini sekaligus menampilkan pencapaian teknologi transportasi waktu itu.
Ekspedisi berikutnya dilaksanakan tiga tahun kemudian dengan Fokker F.VIIa-3M H-NAEA bernama “Postduif” (Merpati Pos) ini dan berhasil menuntaskan rute Amsterdam-Batavia dalam 10 hari. Tahun berikutnya pesawat tipe sama beregistrasi H-NADP menuntaskan rute tersebut dalam 15 hari. Setelah dilakukan beberapa uji coba lainnya KLM akhirnya membuka rute Amsterdam-Batavia dengan Fokker F.VIIb-3M—sayapnya lebih panjang dari VIIa—pada tanggal 25 September 1930, dilakukan seminggu sekali dengan lama perjalanan sembilan hari.
Fokker Trimotor menjadi pesawat pilihan dari maskapai penerbangan Hindia Belanda, KNILM (Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij). Berdiri pada tanggal 16 Juli 1928 dengan bermodalkan empat unit Fokker Trimotor (masih beregistrasi Belanda HN-AFA s/d AFD)—satu pesawat lagi (HN-AFE) tiba tahun berikutnya—diterbangkan langsung dari Schiphol menuju Tjililitan pada tanggal 13 September 1928.
Dengan upacara meriah, KNILM membuka penerbangan perdana pada tanggal 1 November 1928, yaitu rute Batavia-Bandung dengan HN-AFA dan Batavia-Surabaya dengan HN-AFB pada tanggal 1 November di tahun yang sama. Sebenarnya HN-AFB tidak langsung terbang menuju Surabaya melainkan ke Semarang. Perjalanan ke Surabaya dilanjutkan dengan menggunakan kereta api. KNILM baru melaksanakan penerbangan langsung ke Surabaya setahun kemudian.
Dengan pesawat yang sama pula, KNILM berekspansi dengan membuka rute ke Sumatra, meliputi Batavia-Palembang pada tahun 1929 dan Batavia-Medan via Pekanbaru setahun kemudian. Sebagai catatan registrasi kelima unit Fokker Trimotor itu sudah diubah menjadi registrasi Hindia Belanda (PK-AFA s/d AFE).
Sultan Deli beserta keluarganya, berpose di samping Fokker Trimotor saat KNILM membuka rute Batavia-Medan via Pekanbaru pada tahun 1930. Tampak registrasinya sudah PK bukan HN lagi.
Walaupun Fokker Trimotor berkapasitas delapan penumpang, namun baik KLM dan KNILM, juga maskapai penerbangan lainnya di dunia, biasanya hanya berisi setengahnya atau empat penumpang, setengah lagi untuk barang/kargo dan pos. Ini adalah cara yang lumrah waktu itu untuk mendapatkan keuntungan karena pemerintah masih mensubsidi pengiriman pos dan angkut udara.
Fokker Trimotor merupakan pesawat sipil yang sukses di dunia. Selain angkut penumpang, digunakan pula untuk memecahkan rekor terbang terjauh non-stop seperti Fokker Trimotor yang diberi nama Southern Cross, berhasil terbang menyeberangi Samudra Pasifik dari Amerika Serikat ke Australia pada bulan Juni 1928.
Fokker Trimotor juga diproduksi di Amerika Serikat yang disebut Atlantic-Fokker dan diberikan pula lisensi produksi ke beberapa negara seperti Belgia, Cekoslovakia, dan Polandia. Operatornya tidak hanya sipil, militer juga menggunakannya untuk pesawat angkut dan pembom ringan.
Dengan desain badan dengan kerangka pipa alumunium, berbentuk kotak dari kayu, ditiru pula oleh Ford tapi kulit badan pesawat terbuat dari alumunium berkerut (corrugated), dan bermesin tiga pula sehingga disebut Ford Trimotor. Rancangan ini kokoh, mudah dibuat, tapi cepat menjadi kuno menjelang pertengahan 1930-an dengan kehadiran Douglas DC-1, pendahulu pesawat legendaris C-47/DC-3 Dakota.
Ironisnya Fokker terlalu konservatif dalam desain, penerus Fokker Trimotor masih berbentuk sama namun hanya diperbesar dimensinya seperti Fokker F.10 dan F.XII. Walaupun masih laku namun setelah serangkaian kecelakaan membuat banyak maskapai penerbangan beralih ke pesawat serba logam.
Fokker Trimotor milik KNILM beregistrasi PK-AFC ini diberi nama Abel Tasman, disiapkan sebagai pionir layanan penerbangan ke Australia. Namun ternyata batal karena tidak memperoleh izin mendarat.
Era kejayaan Fokker Trimotor sebagai pesawat pionir penerbangan sipil berakhir sudah. KLM mengalihkan sebagian pembelian produk Fokker ke Douglas walaupun Fokker yang memproduksinya secara lisensi. Sedangkan KNILM yang total memiliki tujuh unit Fokker Trimotor—ditambah dua unit Fokker F.XII—menjual dua di antaranya ke LA (Luchtvaartafdeling) dan mengikuti jejak KLM, membeli pesawat buatan Douglas dan juga Lockheed. Walaupun masih digunakan menjelang Perang Pasifik, KNILM hanya menggunakannya untuk rute jarak pendek dan carter.
Fokker wafat tahun 1939 tapi pabriknya masih terus beroperasi meskipun sempat terhenti saat Perang Dunia II. Sebelum tahun 1960, Fokker menghasilkan pesawat sipil yang sukses yaitu F27 Friendship. Pesawat ini sempat menjadi tulang punggung kemajuan penerbangan sipil di Indonesia periode 1970-1980-an. F27 seperti reinkarnasi Fokker Trimotor, kembali lagi produk Fokker menjadi populer di tanah kelahirannya. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)