Hari ini tepat 30 tahun lalu diselenggarakan JAS (Jambore Aero Sport) pertama di Indonesia. Kenangan yang tak terlupakan adalah saat tim aerobatik Thunderbirds asal Amerika Serikat ikut berpartisipasi, menghibur masyarakat Jakarta lewat tarian angkasanya yang begitu menggelegar.

Secara konsep sebenarnya telah lama terpikirkan oleh FASI (Federasi Aerosport Indonesia) untuk mengadakan pameran dirgantara yang dikhususkan untuk ordirga (olahraga dirgantara) dan penerbangan umum (general aviation). Setelah IAS (Indonesian Air Show) 1986 selesai dilaksanakan di Bandara Kemayoran, giliran FASI dibantu TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) merealisasi rencananya setahun kemudian di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma.

Acara ini berlangsung selama empat hari dari tanggal 10 sampai 13 Oktober 1987. Sebanyak tujuh cabang FASI meliputi Aeromodelling, Terbang Layang, Terbang Bermotor, Terjun Payung, Layang Gantung, Ultra Light Aircraft (ULA), dan Swayasa yang biasanya melakukan kegiatan sendiri-sendiri untuk pertama kalinya berkumpul di satu tempat.

Jambore-Aero-Sport-1987-2
JAS 1987 berlangsung di apron Bandara Internasional Halim Perdanakusuma. Tampak pada foto hadir pula pesawat antik North American AT-6 Harvard dan Piper Cub yang tergabung dalam FASI cabang Terbang Bermotor.

Ada sebanyak 1.400 atlet FASI Daerah mengikuti JAS 1987 dan masih ditambah 11 atlet asal Inggris dan Perancis. Nama “jambore” ini dipilih agar lebih akrab untuk masyarakat luas dari berbagai kalangan, jadi tidak identik dengan istilah kepramukaan. Beda dengan IAS 1986 yang memamerkan kemajuan industri dirgantara dunia terkini, JAS 1987 memamerkan kemajuan olahraga dirgantara yang bernaung di FASI.

Pukul 10.00 WIB (Waktu Indonesia bagian Barat), diringi penekanan tombol sirine dan dentuman meriam, KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara) Marsekal Oetomo membuka secara resmi JAS 1987 pada tanggal 10 Oktober yang bertepatan dengan hari Sabtu. Masyarakat Jakarta dan sekitarnya sangat antusias mengingat acara seperti ini jarang sekali diadakan. Biasanya hanya sebatas melihat di televisi atau media cetak, kali ini dapat melihat secara langsung.

Jambore-Aero-Sport-1987-3
Masyarakat Jakarta dan sekitarnya antusias melihat pesawat dan helikopter model berpengendali radio kontrol sebagai bagian dari FASI cabang aeromodelling.

Masyarakat dapat mengamati pesawat model baik yang diterbangkan dengan tangan, control lines, maupun dengan radio kontrol (remote control). Petugas keamanan bahkan sampai berteriak mengingatkan pengunjung anak-anak agar tidak terlalu dekat dengan radius demonstrasi pesawat model control lines atau yang juga disebut U Control itu.

Pesawat layang (glider) memamerkan kebolehannya di hari pertama. Dari landasan pacu, pesawat layang itu lepas landas dengan ditarik dengan pesawat PZL-104 Gelatik diikuti tiga pesawat layang bermesin. Seluruhnya melakukan terbang lintas di hadapan penonton. Kemudian giliran pesawat swayasa beraksi. Ada tiga unit yang hadir di JAS 1987 yaitu Moni diterbangkan oleh Marsma (Marsekal Pertama) Purnawirawan (Pur) Pribadi sekaligus sebagai pemiliknya, Windrose diterbangkan oleh Jubair OD sebagai pembuatnya, dan terakhir KR-2, juga buatan Jubair OD, diterbangkan oleh Letkol (Letnan Kolonel) Pudjianto. Ketiganya lepas landas bersama-sama sehingga suasana semakin meriah.

Selain aksi ordirga FASI, pada hari pertama ini didemonstrasikan pula aerotowing yang dilakukan oleh atlet asal Perancis. Aerotowing adalah layang gantung yang ditarik oleh layang gantung bermotor (trike). Ini tentunya menguntungkan karena tidak perlu mengandalkan bukit sebagai sarana peluncuran layang gantung.

Jambore-Aero-Sport-1987-5
JAS 1987 menjadi etalase kemajuan ordirga di bawah FASI. Dari kiri atas searah jarum jam : Aksi aeromodelling helikopter radio kontrol, trike bermotor sebagai pengembangan layang gantung, salah satu pesawat bermotor yang tergabung dalam FASI dikagumi oleh para pelajar, dan pesawat swayasa berbentuk unik Moni milik Marsma (Pur) Pribadi.

Hari kedua bertepatan dengan hari Minggu dan sudah dipastikan jauh lebih ramai apalagi sudah dipublikasikan via media cetak dan televisi. Masyarakat semakin membludak dari sebelumnya dan membanjiri area apron Halim Perdanakusuma. Stan pameran nyaris tertutup oleh massa. Berkali-kali ada pengumuman anak hilang, terpisah dari keluarganya. Pihak keamanan walaupun sudah mengantisipasi kewalahan juga, pesawat swayasa Moni yang dipamerkan nyaris rusak.

Hari ketiga adalah hari yang ditunggu-tunggu karena sekitar pukul 10.00 WIB tim aerobatik Thunderbirds mendarat di Halim Perdanakusuma. Tim itu terdiri atas delapan pesawat tempur General Dynamics F-16 Fighting Falcon–enam unit beraksi, dua unit cadangan–didukung oleh satu unit pesawat angkut berat Lockheed C-141 Starlifter dan satu unit pesawat tanker McDonnell Douglas KC-10A Extender.

Tim aerobatik dari USAF (United States Air Force) ini disambut oleh KSAU sekaligus penyematan bendera Indonesia di pesawat leader Letkol Roger Riggs oleh Marsma Zainudin Sikado. Sebelum mereka beraksi pukul 15.30 diadakan potret bersama dengan para tamu undangan yaitu Menristek (Menteri Ristek dan Teknologi) BJ Habibie, Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) LB Moerdani, KSAD (Kepala Staf Angkatan Darat) Tri Soetrisno, dan duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia.

Jambore-Aero-Sport-1987-4
Bintang utama JAS 1987 adalah tim aerobatik Thunderbirds. Sebelum beraksi mereka berfoto bersama pejabat pemerintahan Indonesia (atas). Marsma Zainudin Sikado memasang bendera Indonesia di air intake pesawat leader number 1 (bawah kiri). Formasi diamond empat pesawat Fighting Falcon yang dilakukan dengan kecepatan tinggi dan di ketinggian rendah (bawah kanan).

Pada sore hari yang cerah itu, tim Thunderbirds lepas landas, menampilkan enam pesawat dan dilakukan demonstrasi selama 37 menit. Gerakan aerobatiknya memang sungguh indah, luar biasa, dan melakukannya dengan kecepatan tinggi di ketinggian rendah, membuat masyarakat yang berkumpul di apron Halim Perdanakusuma begitu terpukau. Bahkan di seputaran wilayah bandara seperti tol Cawang dan Bekasi jadi macet total karena kerumunan massa yang menyaksikan kehebatan kawanan “burung halilintar” ini.

Sebagai catatan, tim aerobatik yang dibentuk tahun 1953 ini menggunakan bermacam-macam pesawat tempur utama milik USAF mulai dari Republic F-84G Thunderjet sampai McDonnell Douglas F-4E Phantom. Thunderbirds menggunakan Northrop T-38A Talon sebelum digantikan Fighting Falcon pada tahun 1983. Jadi penggunaan Fighting Falcon masih cukup baru saat beraksi di Jakarta. Indonesia sendiri merupakan negara ke-55 yang dikunjungi tim ini dan bendera Indonesia dipasang pada air intake Fighting Falcon number 1 karena di badannya sudah penuh terpampang 49 bendera negara lainnya.

Hari keempat merupakan hari terakhir. Pukul 09.45 Thunderbirds berpamitan kepada masyarakat dengan ciri khasnya yang begitu rapi khas militer. Secara berurutan kedelapan pesawat bergerak menuju landasan pacu dan lepas landas secara bersama-sama. Sebagai bentuk apresiasi terakhir, mereka melakukan flypass dalam formasi diamond sebelum bertolak ke Australia untuk tur berikutnya. Setelah itu giliran kedua pesawat pendukung, Starlifter dan Extender lepas landas menyusul mereka.

Jambore-Aero-Sport-1987-6
Acara JAS 1987 ditutup dengan kerjasama di udara oleh 13 penerjun payung dari FASI sekaligus memecahkan rekor yang dibuat sebelumnya.

Walaupun tanpa Thunderbirds, acara JAS 1987 masih berlangsung ramai dengan kegiatan rutinnya. Khusus untuk cabang Terjun Payung, direncanakan melakukan pemecahan rekor sebelumnya oleh FASI, yaitu berupa kerjasama di udara. Dengan menggunakan Fokker F27 milik TNI-AU pada ketinggian 11.000 kaki, 13 penerjun keluar dari pesawat dan berhasil melakukan relative works. Sebelumnya FASI cabang Terjun Payung telah melakukannya dengan 12 penerjun.

Pemecahan rekor pada siang hari itu sebagai simbolisasi penutupan JAS 1987. FASI sukses melaksanakannya berkat dukungan semua pihak, sponsor, dan masyarakat. Walaupun FASI masih melakukan JAS beberapa kali lagi, tapi dari sisi kuantitas dan kualitas, secara jujur kemeriahan JAS pertama ini masih belum terkalahkan.(Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)