Boeing 777 yang terbang perdana pada tahun 1994 dipasarkan secara besar-besaran bahkan iklannya sempat dimuat di buku “Pesona Dirgantara : Sebuah Perjalanan Pengabdian Awak Kabin Garuda Indonesia” yang terbit pada tahun 1996.
Padahal Garuda Indonesia sebagai target calon pembeli potensial baru hanya menunjukan minat semata, belum ada keinginan membeli. Terlebih lagi armada pesawat badan lebar terbaru McDonnell Douglas MD-11, Airbus A330-300, dan Boeing 747-400 baru saja memperkuat Garuda Indonesia, sepertinya masih jauh dari harapan untuk dibeli.
Tapi itulah strategi pemasaran yang dilancarkan oleh perusahaan besar dengan jaringan internasional seperti Boeing, incarannya bukan setahun atau dua tahun, bahkan 10-20 tahun ke depan. Cocok sekali dengan kalimat utama di iklan tersebut “Boeing 777 Akan Membawa Anda ke Seberang Samudra, ke Benua Lain, Bahkan ke Masa Depan”.
Ternyata apa yang diprediksi benar adanya, Garuda Indonesia membeli 10 unit armada Boeing 777 dan mulai diterima pesanan pertama dari series 300 ER (Extended Range) ini pada bulan Juni 2013 atau 17 tahun setelah iklan ini dimuat. Pesawat berkapasitas 314 penumpang, dengan konfigurasi delapan kursi untuk First Class, 38 kursi untuk Business Class, dan 268 kursi untuk Economy Class digunakan Garuda Indonesia untuk melayani rute jarak jauh ke Eropa dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Pesawat ini sempat kontroversial dan sempat membuat kedua BUMN (Badan Usaha Milik Negara) bersitegang, antara Garuda Indonesia dan AP II/Angkasa Pura II sebagai pengelola bandara. Garuda Indonesia menuding AP II tidak siap dalam memperhatikan infrastruktur dan landasan pacu Soekarno-Hatta untuk mengakomodasi operasional Boeing 777 untuk tujuan non-stop ke London, sementara AP II berkilah Garuda Indonesia tidak berkoordinasi lebih dahulu dengan pihaknya.
Perselisihan ini dapat diselesaikan walaupun akhirnya Garuda Indonesia terpaksa mengalah, mengoperasikan Boeing 777 miliknya dengan restriksi agar bisa terbang langsung dari Soekarno-Hatta menuju Heathrow (sebelumnya Gatwick). Kehadiran Boeing 777 ini pula yang juga mengakhiri operasional Boeing 747-400 milik Garuda Indonesia. (Aviahistoria, Sejarah Penerbangan Indonesia)