Euforia penerbangan termasuk aksi-aksi para aviator saat awal lahirnya penerbangan bermesin yang dimotori oleh Wright Bersaudara sampai pula di Nusantara yang masih bernama Hindia Belanda. Tercatat Antoinette VII Monoplane menjadi yang pertama, sukses terbang di Jawa, Sumatra, bahkan Malaya.

Amerika Serikat boleh saja mengklaim sebagai tempat kelahiran pesawat terbang, tapi Eropa yang menjadikannya berkembang dan dewasa. Berawal dari demo terbang Wright Model A pada tahun 1908 di Paris, Perancis, setahun kemudian Louis Bleriot dengan karyanya Bleriot XI membawa dunia penerbangan lebih maju lagi, bukan sekedar demo terbang melainkan digunakan untuk menyeberang Selat Inggris !

Cita-cita yang sama diinginkan oleh pabrik Antoinette lewat Antoinette IV dan pengembangan berikutnya Antoinette VII yang didesain oleh Léon Levavasseur namun keduanya menemui kegagalan. Gagal menyeberangi Selat Inggris tak masalah, pesawat ini telah dikenal oleh publik lewat demonstrasi terbang yang dilakukan para aviator terkenal dan tes pilot pabrik, salah satunya adalah Gijs Küller.

Antoinette-VII-1
Salah satu Antoinette VII milik Küller sedang dipersiapkan untuk demonstrasi terbang di Semarang.

Karena reputasinya ini, Küller mendapatkan undangan dari Kongres Gula di Surabaya pada akhir tahun 1910 untuk mendemonstrasikan kemampuan terbangnya di sana. Dia lantas membawa dua unit Antoinette VII lewat laut dan dirakit selama sebulan dan akhirnya siap terbang dari lapangan Pasar Toeri pada tanggal 18 Maret 1911. Untuk mengantisipasi iklim tropis Nusantara, Küller yang juga merupakan insinyur mesin memodifikasi pesawatnya dengan memasang mesin berdaya lebih kuat 95 hp (horse power/tenaga kuda), daripada versi standar yang hanya 50 hp.

Antisipasinya terbukti tepat, Antoinette VII berhasil lepas landas dengan mulus dan terbang berputar-putar selama tiga kali di atas Kota Buaya. Keberhasilan mengangkasa ini menarik panitia-panitia lain dari kota-kota besar di Hindia Belanda. Setelah Surabaya, Küller lantas terbang di Semarang dan Yogyakarta. Rencana berikutnya ke Batavia dan Bandung ditunda karena wabah kolera.

Antoinette-VII-2
Gijs Küller (dengan tanda X) sedang bersiap beraksi melaksanakan demonstrasi terbang di Semarang sebagai kota kedua pelaksanaan demonstrasi terbangnya. Selain kota-kota di Jawa dan Sumatra,  Küller juga terbang di Malaya.

Atas undangan pengusaha Malaya, Küller lantas membawa kedua pesawatnya menyeberang Selat Malaka setelah sebelumnya beraksi di Medan. Dia melaksanakan demonstrasi terbang di Penang, Ipoh, dan Kuala Lumpur. Praktis selain di Hindia Belanda, Antoinette VII juga menjadi pesawat pertama yang mengangkasa di jajahan Inggris ini.

Selesai di Malaya, Küller kembali ke Hindia Belanda, melanjutkan demonstrasinya di Batavia, Bandung, dan ditambah di Solo. Dia pulang ke Belanda pada tanggal 7 November 1911. Kedua Antoinette VII ditinggal begitu saja, diniatkan buat dijual kepada pihak sipil dan militer Hindia Belanda. Namun usaha itu tidak berhasil karena dinilai kapasitas angkut terbatas serta kondisinya sudah terlalu rusak untuk diperbaiki dan digunakan lagi. Selain itu teknologi dunia penerbangan cepat sekali berkembang, Antoinette VII dinilai sudah ketinggalan zaman. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)