World Air Power Journal seperti namanya merupakan jurnal yang diterbitkan rutin empat kali dalam setahun (sekali dalam tiga bulan) dan menyajikan kekuatan udara di seluruh dunia termasuk Indonesia.

World Air Power Journal walaupun disebut sebagai jurnal, namun karena isinya lengkap meliputi kekuatan udara, profil pesawat militer, dan bahkan berita atau artikel tentang penerbangan militer dapat dikatakan sebagai buku tersendiri. Khusus edisi musim panas Volume 8 Tahun 1992 dimuat kekuatan udara di negara-negara Asia Tenggara dalam tema Air Power Analysis.

Negara-negara yang tercantum di dalam bahasan ini meliputi Brunei Darussalam, Birma (Myanmar), Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Khusus untuk Indonesia mengisi halaman 142 s/d 144, terdiri atas Angkatan Udara, Darat, Laut, dan Kepolisian.
World-Air-Power-Indonesia
Profil kekuatan TNI-AU pada awal tahun 1990-an termasuk foto-foto jenis pesawat yang digunakan dan pangkalan udara yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sebagai pengantarnya, disebut dengan negara terluas dan terbesar di Asia Tenggara justru angkatan udaranya tergolong yang paling kecil, walaupun sempat diungkit masa keemasannya di era Soekarno. Diungkit pula kekuatan udaranya yang mengandalkan produk-produk dalam negeri yang dipakai secara luas di keempat angkatan.

Untuk kekuatan pesawat tempur, World Air Power Journal menyebutkan dengan luasnya Indonesia hanya dijaga oleh tiga skadron tempur jet yaitu Skadron 14 berkekuatan Northrop F-5E/F Tiger II dan dua skadron 11 dan 12 berkekuatan Douglas A-4E Skyhawk milik TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara).

Di profil tulisan itu juga disebutkan kedatangan satu skadron General Dynamics F-16 A/B Fighting Falcon namun belum dinyatakan masuk ke skadron mana. Mengingat jurnal ini dibuat pada tahun 1991 dan pesawat itu hadir setahun sebelumnya cukup wajar belum ditulis apa-apa (dalam bentuk tanda tanya) di tabel Order of Battle. Sebagai catatan untuk skadron F-16 dimasukan ke Skadron 3 sementara pesawat anti gerilya Rockwell OV-10 yang menjadi kekuatan Skadron 3 sebelumnya diserahkan ke Skadron 1 yang diaktifkan kembali pada tahun 1990.

Untuk TNI-AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat), World Air Power Journal menyebut kekuatannya berintikan pada helikopter meliputi Bell 412 dan Bell 205 sebagai helikopter angkut, NBO-105 untuk serang darat, dan Schweizer-Hughes 300C sebagai helikopter latih. Sebagai pendamping kekuatan helikopter, ditulis juga pesawat angkut bersayap tetap yang dimiliki meliputi NC-212 dan PZL-104 Gelatik.

Sedangkan TNI-AL (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut), menitik beratkan pada pesawat GAF Nomad dengan diberikan informasi ke depannya akan mengakusisi CN235 versi patroli maritim. Untuk armada sayap putar atau helikopter, TNI-AL pada tahun itu masih mengandalkan Westland Wasp untuk tugas anti kapal selam, helikopter angkut NAS 332B Super Puma termasuk rencana pengadaan versi F yang dapat membawa misil Exocet, dan NBO-105 untuk tugas intai dari kapal perang. Untuk sarana transpor, TNI-AL mengandalkan NC-212, helikopter Bell 212, dan Rockwell Lark Commander. Disebut juga TNI-AL memiliki skuadron latih dengan armada Piper PA-38 dan PA-34.

World-Air-Power-Indonesia-1
Profil kekuatan TNI-AD, TNI-AL, dan Kepolisian di World Air Power Journal. Pada era itu Kepolisian masuk ke dalam ABRI dan dikembalikan ke unit sipil pasca Reformasi 1998.

Kepolisian yang memiliki unit udara sendiri disebut di World Air Power Journal memiliki helikopter NBO-105 dan Bell 206 Jet Ranger. Sebagai tambahan kekuatan sayap tetapnya meliputi pesawat Cessna dan Aero Commander. Kepolisian memang disertakan karena polisi pada era itu masih tergabung dalam militer atau ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), nanti pasca Reformasi 1998, Kepolisian lepas dari institusi militer dan kembali sebagai unit sipil.

World Air Power Journal sendiri masa terbitnya hanya 11 tahun, mulai dari tahun 1989 sampai tahun 2000. Tapi dengan kualitasnya yang luar biasa bagus ini dicontoh oleh publikasi dan majalah cetak generasi berikutnya seperti Air Force Magazine dan Combat Aircraft. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)