Bouraq Airlines merayakan hari jadinya ke-30 lewat iklan yang dimuat di majalah Angkasa No. 8 Mei 2000 ini dengan semboyan “Image of Friendliness“. Namun tak bisa dipungkiri, manajemen masih menghadapi kemelut finansial yang berat.
Bouraq Airlines yang lahir pada tahun 1970 merupakan maskapai yang sudah cukup berpengalaman, tak heran banyak yang yakin bahwa maskapai yang identik dengan warna hijau toska ini akan berhasil melewati badai krisis moneter 1997/1998.
Memang benar, tidak seperti Sempati Air, Bouraq relatif berhasil melewati ujian ini lewat pengurangan armada sekaligus merasionalisasi jumlah karyawannya. Lewat iklan ini pula tersirat maskapai berciri khas huruf “B” ini ingin terus dan tetap meyakinkan kepercayaan para pelanggan setianya khususnya dari Kalimantan (wilayah operasional pertama kali Bouraq) dan Sulawesi (daerah asal sang pendiri sekaligus direktur utama Bouraq, Jerry Sumendap).
Tapi ujian berikutnya untuk Bouraq tidak kalah hebat, harus menghadapi pemain-pemain baru yang lahir pasca Orde Reformasi. Maskapai-maskapai yang tumbuh bak jamur di musim penghujan ini menawarkan tiket berharga murah sehingga timbul persaingan yang tidak sehat. Pemain-pemain baru ini juga melakukan ekspansi jumlah armada pesawatnya, walaupun sudah tergolong uzur sehingga pemain lama seperti Bouraq harus mencari cara jitu untuk menyainginya.
Bouraq sendiri pada awal milenium menyisakan lima unit Boeing 737-200 dari sebelumnya memiliki 18 unit pesawat terdiri dari sembilan Hawker Siddeley HS-748 dan sembilan Boeing 737-200. Usaha penambahan armada sempat dilakukan dengan mengakusisi empat unit McDonnell Douglas MD-82 pada tahun-tahun berikutnya. Namun segala upaya ini sia-sia, ditambah masalah mismanajemen dan utang menumpuk, Bouraq akhirnya resmi dinyatakan bangkrut lewat keputusan pengadilan pada tahun 2005. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)