Di antara keluarga DC (Douglas Commercial), DC-5 salah satu anggota keluarga yang terlupakan, kalah tenar dengan DC-3 apalagi DC-4. Padahal pesawat ini pernah dipakai untuk melayani kota-kota di Hindia Belanda walaupun dalam periode singkat.
DC-5 tergolong pesawat yang inovatif di eranya. Berkonfigurasi roda tricycle yang pertama diterapkan di pesawat komersial sehingga memungkinkan pilot dapat melihat sekelilingnya dengan mudah baik ketika lepas landas dan mendarat. Sangat beda dengan konfigurasi umum waktu itu, tail drager, alias memakai roda ekor, pilot sulit memandang ke depan saat lepas landas. Selain itu desainnya sayap tinggi (high wing) sehingga memudahkan penumpang dan barang naik-turun dari pesawat.
Berita kedatangan DC-5 di Koran Kebangoenan pada tanggal 25 September 1940. KNILM resmi memiliki dan mengoperasikannya sehari sebelumnya.
Terbang perdana pada tahun 1939 dengan operator pertama maskapai flag carrier asal Belanda, KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappi), pesawat berkapasitas sampai 21 penumpang ini dibeli lima unit. Sayangnya KLM tidak sepenuhnya mengoperasikan DC-5, setelah Belanda dikuasai Jerman pada Mei 1940, empat pesawat pesanan dialihkan ke KNILM (Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij).
DC-5 PK-ADA eks KNILM berhasil dirampas oleh pasukan Jepang, diterbangkan ke Tachikawa Air Force Base untuk diuji dan akhirnya menjadi pesawat latih navigasi radio sebelum di-scrap sama sekali.
Maskapai yang berdiri pada tahun 1928 ini tentunya memanfaatkannya untuk layanan rute-rute domestik Hindia Belanda dan regional Asia Tenggara dan Australia. Ketika Perang Pasifik, DC-5 dan juga armada KNILM lainnya sibuk mengungsikan warga Hindia Belanda ke Australia. Sayangnya Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang, satu unit DC-5 berhasil dirampas. Tiga unit lainnya terpaksa dijual ke Amerika Serikat dan beroperasi atas nama Allied Directorate of Air Transport (Skuadron Angkut 21 RAAF/Royal Australian Air Force). Dua unit mengalami kecelakaan dan satu-satunya pesawat yang ada diserahkan kepada ANA (Australian National Airways).
DC-5 PK-ADD menjadi bagian dari Skuadron Angkut 21 RAAF setelah sisa-sisa aset KNILM ini dibeli Amerika Serikat pada Maret 1942.
DC-5 tidak pernah diproduksi massal, hanya 12 unit. Selain KLM/KNILM, operator lainnya adalah USAAF (United States Army Air Force) dan US Marine Corps. Setelah Perang Dunia II berakhir, DC-5 tersingkir, kalah tenar dengan DC-3 yang sudah banyak populasinya. Israel menjadi operator terakhir DC-5, menggunakan satu-satunya pesawat eks ANA ini untuk tugas angkut dan menjatuhkan bom, sebelum dipensiunkan pada tahun 1955. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)