Tertarik menjadi mekanik pesawat (vliegtuigmaker) di Angkatan Laut Kerajaan Belanda ? Begitulah iklan lowongan pekerjaan yang termuat di Koran Pemandangan tanggal 15 Agustus 1940.
Sebelum tahun 1940 , lowongan buat tenaga teknik apalagi kru pesawat militer bagi pribumi/bumiputra mendapat diskriminasi dan kalau diterima sekalipun, orang tersebut dibatasi apakah ayahnya merupakan pejabat dan setia kepada Belanda atau bukan. Tapi setelah tahun 1940 atau saat awal Perang Dunia II, kesempatan terbuka seluas-luasnya, tidak ada diskriminasi lagi, siapapun yang mampu dan lolos seleksi diberikan pekerjaan ini. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan SDM (Sumber Daya Manusia) yang mendesak untuk mengoperasikan peralatan perang yang dibeli dalam jumlah banyak untuk persiapan perang.
Seperti yang tersirat dalam iklan ini, MLD (Marine Luchtvaart Dienst) sebagai penerbangan AL Kerajaan Belanda telah memiliki armada Dornier Do-24K sebagai regenerasi pesawat amfibi Dornier Wal (Dornier Wal, Pengawas Laut Hindia Belanda). Pesawat amfibi bermesin tiga ini merupakan pesawat serba logam ini bertugas sebagai patroli laut selain untuk tugas anti kapal/kapal selam. Rencananya dipesan sampai 90 unit ! Tapi terealisasi hanya sekitar 37 unit yang berhasil diserahkan dan sampai di Hindia Belanda sebelum Belanda dikuasai Jerman pada bulan Juni 1940.
Untuk menjadi mekanik pesawat dibutuhkan lulusan setingkat sekolah menengah kejuruan atau seperti yang tertulis dalam iklan itu, ambacht, sekolah pertukangan dengan bahasa pengantar Bahasa Belanda dengan lama pendidikan tiga tahun. Sekolah kejuruan ini merupakan hasil dari politik etis untuk mengedukasi pribumi yang nantinya dimanfaatkan buat mengisi jabatan dan pekerjaan di instansi-instansi Hindia Belanda baik militer maupun sipil.
Walaupun di iklan hanya tampak ilustrasi pesawat Do-24K, mekanik-mekanik yang direkrut pastinya bertugas pula untuk merawat pesawat-pesawat MLD lainnya yang baru dibeli dalam jumlah puluhan dari Amerika Serikat, PBY Catalina dan pesawat latih Ryan STM (Sport Trainer Military).
Do-24K terlibat dalam Perang Pasifik, mempertahankan Hindia Belanda dari serbuan armada kapal-kapal Jepang. Tapi akhirnya sia-sia, hanya enam unit yang berhasil dilarikan ke Australia. Keenamnya masuk menjadi kekuatan skadron RAAF (Royal Australian Air Force), berfungsi sebagai pesawat angkut dan bertugas di Papua Nugini. Unik memang, karena Do-24K ini merupakan buatan Jerman, satu kubu dengan Jepang tapi dioperasikan oleh Australia yang merupakan kubu Sekutu !(Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)