TNI-AD (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Darat) menggelar simulasi artileri pada tanggal 5 Desember 1966 di lapangan parkir Istora (Istana Olahraga) Senayan. Simulasi tempur ini semakin seru karena menampilkan pula aksi helikopter milik Penerbad (Penerbangan Angkatan Darat).
Disaksikan oleh masyarakat, pasukan TNI-AD yang didominasi oleh batalion Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat) menampilkan aksi pergelaran pasukan linud (lintas udara) sekaligus pasukan arhanud (pertahanan udara). Ini juga masih ditambah simulasi dukungan beberapa helikopter Mil Mi-4 “Hound” (Baca : Mil Mi-4 “Hound” HA-5007 – Museum Satria Mandala) yang terbang rendah melindungi pasukan sekaligus mengangkut dan menurunkan meriam ke tengah-tengah lapangan.
Pasukan arhanud dengan cepat mempersiapkan meriam anti pesawat terbang (Anti Aircraft Artillery) Bofors kaliber 40 mm setelah dilepaskan dari truk.
Pasukan sedang dalam posisi tiarap dan siap menembak ke seluruh penjuru, untuk melindungi pasukan lain yang mempersiapkan meriam lapangan (field gun) M-48 kaliber 76 mm.
Di atas mereka, beberapa helikopter Mi-4 “Hound” bersenjatakan senapan mesin DShK kaliber 12,7 mm terbang rendah untuk mensimulasikan perlindungan udara.
Selain itu beberapa helikopter lainnya terbang rendah, menggotong meriam lapangan tambahan sebagai bukti kemampuan Penerbad mendukung pasukan linud.
Setelah seluruh pasukan dan meriam lapangan telah siap di posisi masing-masing….BOOOM ! Meriam ditembakan secara serentak dengan suara menggelegar.
Di tengah-tengah situasi politik yang tidak menentu pasca G30S (Gerakan 30 September), simulasi ini sengaja dilakukan sebagai ujuk kekuatan gabungan TNI-AD, memamerkan kemampuan pasukan linud yang dapat diturunkan lewat helikopter berikut senjata beratnya. Lebih dari itu, dengan menempatkan batalion artileri, meriam anti pesawat, tank, dan kendaraan tempur lainnya di tengah-tengah Jakarta, tidak jauh dari Istana Negara, TNI-AD dalam misi untuk “menjaga” Presiden Soekarno yang seolah-olah sedang dirongrong oleh kekuatan Dewan Jenderal dengan dukungan PKI (Partai Komunis Indonesia). Walaupun pada akhirnya semua itu hanya strategi menjatuhkan kekuasaan Orde Lama dan melahirkan pemerintahan Orde Baru. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)