Dengan menggunakan Douglas DC-4B Skymaster, CNAC (China National Aviation Corporation) melaksanakan penerbangan survei ke luar negeri tepatnya ke Asia Tenggara pada tahun 1947. Batavia yang masih dikuasai Hindia Belanda termasuk yang dikunjungi.

CNAC adalah maskapai penerbangan milik pemerintah Cina (Nasionalis) yang berdiri pada tahun 1929 namun sempat vakum dan dialihkan menjadi penerbangan militer untuk mendukung pasukan Sekutu di wilayah CBI (China Burma India) saat Perang Dunia II. Pasca perang, dengan modal pesawat penumpang Douglas DC-2, DC-3, dan DC-4B, CNAC bertekad terus mengembangkan sayapnya tidak hanya domestik namun ke manca negara. Salah satu yang dibidik adalah ke kota-kota di Asia Tenggara.

Penerbangan-Survei-CNAC-ke-Batavia-1
Douglas DC-4B Skymaster milik CNAC yang melaksanakan penerbangan survei tiba di Bandara Kemayoran, Batavia pada bulan Agustus 1947. Pesawat tipe ini mulai dioperasikan CNAC setahun yang lalu.
Penerbangan-Survei-CNAC-ke-Batavia-3
Pesawat yang digunakan untuk penerbangan survei ini beregistrasi XT-T014 dengan bendera Cina Nasionalis tampak jelas di ekor tegaknya. Kehadiran pesawat ini disambut sangat meriah oleh masyarakat Batavia.

Usaha yang harus dilakukan CNAC untuk mewujudkan cita-cita ini adalah pertama-tama melaksanakan survei terlebih dahulu, uji penerbangan sekaligus melihat potensi ekonomi dan bisnis. Maka dilaksanakan penerbangan tersebut pada periode tanggal 21-28 Agustus 1947 dengan rute Shanghai-Hongkong-Bangkok-Saigon-Singapura-Batavia.

Saat tiba di Bandara Kemayoran, pesawat CNAC beregistrasi XT-T04 itu disambut meriah layaknya tamu negara. CNAC juga tidak tanggung-tanggung dalam penerbangan ini, membawa pejabat tinggi CNAC dengan dipimpin oleh managing director Ching Yee Liu sebagai bukti keseriusan membuka rute ke Batavia dari Shanghai.

Pada saat itu, Hindia Belanda sedang mengalami revolusi politik, dua kubu bertikai, tidak jauh berbeda dengan Cina, sedang berperang antara kubu Nasionalis dan Komunis. Walaupun demikian bisnis harus terus berlangsung meskipun situasi keamanan dan politik masih belum stabil, berharap beberapa tahun kemudian bisa diselesaikan dan kedua negara dapat menjalin kerjasama erat khususnya di bidang transportasi udara.

Penerbangan-Survei-CNAC-ke-Batavia-4
Pimpinan CNAC, Managing Director Ching Yee Liu sambil tersenyum baru saja turun dari tangga pesawat. Dia sangat berambisi CNAC ke depannya membuka rute ke Asia Tenggara dari pusat operasinya di Shanghai.
Penerbangan-Survei-CNAC-ke-Batavia-2

XT-T04 dikerubungi masyarakat Batavia, tampak dongkrak terpasang di ekornya menjaga agar tidak terjengkang ke belakang. Sayangnya pesawat ini jatuh di Pulau Basalt, Hongkong pada tanggal 21 Desember 1948, korbannya sebanyak 35 orang termasuk kru. Salah satu korban adalah Quentin Roosevelt, cucu dari Presiden Theodore Roosevelt yang saat itu menjabat sebagai salah satu direktur CNAC.

Namun harapan tinggal harapan. Dua tahun setelah penerbangan survei ini, Cina dikuasai kubu Komunis, praktis maskapai yang salah satu prestasi besarnya membuka rute Shanghai-San Fransisco ini bubar. Sebagian armada dan karyawannya  termasuk Ching Yee Liu lebih memilih bergabung ke Cina Daratan bukan ke Pulau Formosa (Taiwan). Sebagian aset lainnya berhasil dikuasai kubu Nasionalis yang lantas digabungkan ke dalam CAT (China Air Transport) di mana salah satu tugasnya menjadi kaki tangan CIA (Central Intelligence Agency) di wilayah Asia Tenggara. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)