Artikel kedua saya yang dimuat dalam jurnal The Aviation Historian No. 29 adalah tentang pengiriman calon pilot sipil ke Britain’s Air University di Hamble, Inggris pada tahun 1951.
Sama seperti artikel sebelumnya (Baca : The Aviation Historian : Convair 990A Garuda Indonesian Airways), “Garuda’s Hamble Boys” sebenarnya merupakan pengulangan dari artikel yang pernah dimuat di Airliner World Indonesia beberapa tahun yang lalu. Bedanya adalah kalau sebelumnya meliputi pula pengiriman calon pilot ke India, Inggris, dan Belanda, yang ini fokus hanya di Inggris. Diperbaiki ulang dan tentunya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Sekali lagi saya sebagai penulis berterimakasih kepada Nick Stroud, pimpinan editor sekaligus pendiri jurnal The Aviation Historian. Dengan dokumentasi foto-foto tambahan dari Britain’s Air University, artikel ini semakin hidup karena pembaca bisa membayangkan bagaimana suasana belajar di sekolah pilot era 1950-an, termasuk armada pesawat-pesawat yang digunakan untuk melatih mereka menjadi pilot sipil sebenarnya.
Secara singkat, pengiriman 25 pemuda berusia 18-27 tahun periode tahun 1951-1952 ke Inggris merupakan upaya pemerintah Indonesia mencetak pilot-pilot sipil/komersial di mana beda sekali dengan India yang sudah memiliki ratusan pilot setelah merdeka, Indonesia setelah pengakuan kedaulatan dapat disebut tidak ada sama sekali. Britain’s Air University terpilih karena reputasi dan kualitas pendidikannya yang bagus dan juga sebagai bagian dari pembelian armada de Havilland DH-114 Heron (Baca : DH. 114, Kisah si Burung Bangau yang Terlupakan) yang nantinya dioperasikan oleh GIA (Garuda Indonesian Airways) pada tahun 1954.
Jika anda tertarik membeli jurnal dan membaca artikel seluk beluk kisah Hamble Boys ini lebih lengkap silahkan membuka situsnya, theaviationhistorian.com untuk memesan versi softcopy berbentuk PDF yang dikirim via email atau hardcopy berbentuk cetakan yang dikirim via pos. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)