Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, Uni Soviet cukup agresif dalam menawarkan produk-produk dirgantaranya ke manca negara. Salah satu negara yang potensial dibidik adalah Indonesia yang sedang memodernisasi angkatan dan angkutan udaranya.

Pada iklan yang dimuat di Harian Merdeka tanggal 9 Februari 1960 ini, Avtoexport Moscow sebagai agen penjualan resmi pemerintah Uni Soviet menawarkan dua produk sekaligus, helikopter serbaguna Kamov Ka-18 dan pesawat penumpang bermesin empat Ilyushin Il-18. Mungkin kesamaan angka 18 menjadi pilihan menempatkan dua produk ini dalam satu iklan.

Ka-18 adalah helikopter berotor koaksial dengan kapasitas empat orang (termasuk satu pilot). Kemampuan dan performanya memungkinkan helikopter ini digunakan untuk tugas beraneka ragam, mulai sebagai angkut ringan, helikopter latih dan penghubung (liaison), penyemprot hama di pertanian/perkebunan, dan ambulan udara.

Iklan-Kamov-Ka-18-Ilyushin-Il-18-1

Sedangkan Il-18 adalah pesawat andalan maskapai kebanggaan Uni Soviet, Aeroflot untuk melayani seluruh kota-kota di dunia termasuk ke Jakarta. Andal dan nyaman dengan ukuran setara Boeing 707 dan DC-8, walaupun berbeda dengan saingannya di Barat, pesawat ini bermesin turboprop dengan kapasitas angkut 65-120 penumpang.

Sejarah menunjukan bahwa Indonesia tidak membeli kedua produk ini walaupun promosi iklan cukup gencar di media cetak pada tahun itu. Indonesia lebih menyukai membeli Mil Mi-2 dan Mi-4 untuk ketiga angkatannya daripada Ka-18, sedangkan Il-18 kalah bersaing dengan Lockheed L188 Electra yang dioperasikan GIA (Garuda Indonesian Airways) pada tahun 1961. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)