Diselimuti kerahasiaan, pada tanggal 6 Mei 1980, empat unit Douglas A-4E/TA-4H Skyhawk pesanan pertama TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) tiba di Pelabuhan Tanjung Priok. Ini adalah awal mula pengoperasian pesawat serang subsonik yang penuh kontroversi dalam pengadaannya.

Bisa dibilang TNI-AU jatuh cinta pada pandangan pertama saat menyaksikan secara langsung dan ikut berlatih tempur bersama saat RNZAF (Royal New Zealand Air Force) menghadirkan Skyhawk saat Elang Seberang I yang diselenggarakan pada tahun 1976. Pesawat serang darat yang tangguh, cocok sebagai pendamping pesawat pencegat supersonik sekaligus regenerasi dari pesawat tempur Avon Sabre (Baca: Mempersenjatai Kembali Avon Sabre), ditambah lagi ada kebutuhan mendesak pasca aneksasi Timor Leste untuk memerangi gerilyawan Fretilin pro komunis pada tahun 1975.

Untungnya TNI-AU berhasil mewujudkan semua itu berkat rezeki kenaikan harga minyak dunia. Selain membeli satu skadron Northrop F-5E/F Tiger II (Baca: Kedatangan Tiger, Kembalinya Era Supersonik TNI-AU), satu skadron Skyhawk direncanakan juga akan diakusisi. Sayangnya Douglas sudah menutup produksi Skyhawk, Pentagon lantas mengarahkan rencana pembelian itu ke Skyhawk surplus/eks Israel. Hal yang pastinya mengagetkan para petinggi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) dan TNI-AU.

Dengan membeli dari Israel yang tidak diakui eksistensinya oleh Indonesia akibat masalah kemerdekaan Palestina, menjadi kontroversi tersendiri. Namun pemerintah Orde Baru sebisa mungkin meredam kontroversi ini dengan menyiapkan selubung operasi intelijen bernama Operasi/Proyek Alpha pada akhir tahun 1979, mengirimkan sejumlah teknisi ke Israel sebagai SDM (Sumber Daya Manusia) untuk mengoperasikan Skyhawk. Bulan Februari 1980, seluruh SDM teknisi sudah kembali pulang, sudah siap menyambut kedatangan Skyhawk lewat laut. Setelah itu baru dikirim 10 pilot untuk dilatih terbang di Israel dan tiba di Indonesia pada pertengahan bulan Mei 1980.

Kedatangan pesawat ini juga diselubungi, kali ini dalam artian sebenarnya. Beda dengan Operasi/Proyek Komodo pengadaan Tiger yang dipublikasi luas, kedatangan Skyhawk begitu diam-diam. Bahkan saat diturunkan dari kapal, keempat pesawat ini dibungkus dengan tulisan besar, “F-5E/F Tiger II Macan”, sebuah antisipasi bila kepergok oleh masyarakat umum. Empat unit yang terdiri dari dua unit versi E berkursi tunggal dan dua unit versi H berkursi ganda segera dibawa lewat jalur darat menuju Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma untuk dirakit kembali, diuji terbang, lalu kemudian keempatnya diterbangkan menuju Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun pada tanggal 12 Mei 1980.

Kedatangan-Skyhawk-Kelahiran-Kembali-Skadron-11-dan-Skadron-12-2Kedatangan empat unit Skyhawk di Pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 6 Mei 1980, diselimuti kontroversi dan kerahasiaan karena dibeli dari Israel.

Kedatangan-Skyhawk-Kelahiran-Kembali-Skadron-11-dan-Skadron-12-4Skyhawk eks Israel, dibungkus dengan kepompong dan dituliskan teks “F-5E/F Tiger II Macan”. Pengadaan Skyhawk atau Proyek Alpha ini dirancang dan diawasi ketat oleh BIN (Badan Intelijen Negara) yang berada di bawah ABRI.

Kedatangan-Skyhawk-Kelahiran-Kembali-Skadron-11-dan-Skadron-12-3Skyhawk berkursi ganda atau TA-4H, TL-0416 siap tinggal landas dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma setelah dirakit dan diuji untuk terbang ke Pangkalan Udara Iswahyudi, Madiun.

Kedatangan-Skyhawk-Kelahiran-Kembali-Skadron-11-dan-Skadron-12-1Ada dua kamuflase yang dipakai Skyhawk milik TNI-AU, warna biru dan hijau. Keduanya membedakan pengoperasian di skadron. Biru untuk Skadron 11, hijau untuk Skadron 12.

Kehadiran keempat pesawat tempur ini menjadi awal kelahiran kembali First Jet Squadron, Skadron 11 yang sempat dilikuidasi karena tidak memiliki pesawat tempur lagi pada era 1970-an, karena armada sebelumnya yang terdiri atas Mikoyan-Gurevich MiG-15UTI “Midget” dan MiG-17 “Fresco” terpaksa dipensiunkan dini karena embargo suku cadang oleh Uni Soviet dan terakhir sempat mengoperasikan pesawat latih jet Lockheed T-33 Bird, semata-mata untuk proficiency training, mempertahankan kemampuan terbang pilot dan pesawat latih konversi untuk menerbangkan Avon Sabre.

Pengiriman Skyhawk terus berjalan dan akhirnya lengkap satu skadron pada bulan September 1980, yang terdiri atas 16 unit: 14 unit versi E, diberi registrasi TT (Tempur Taktis)-0401 s/d 0414 sedangkan dua unit sisanya dari versi H, diberi registrasi TL (Tempur Latih)-0415 dan TL-0416. Skyhawk berkamuflase biru ini resmi menjadi kekuatan Skadron 11 dan ditampilkan untuk pertama kalinya kepada masyarakat umum pada HUT (Hari Ulang Tahun) ABRI tanggal 5 Oktober 1980.

Berikutnya Operasi Alpha ini dikembangkan menjadi Operasi Alpha II pada tahun 1982, membeli dalam jumlah yang sama untuk kembali melahirkan Skadron 12 yang sebelumnya mengoperasikan MiG-19 “Farmer” dan MiG-21 “Fishbed”. Beda dengan sebelumnya, kali ini seluruhnya dari versi E, diberi registrasi TT-0431 s/d TT-0446 dan dicat kamuflase hijau. Nantinya kedua skadron ini disebar, tidak menghuni Iswahyudi lagi, Skadron 11 dipindahkan ke Makassar pada tahun 1989 sedangkan Skadron 12 ke Pekanbaru pada tahun 1983. Total ada 32 unit Skyhawk yang dioperasikan TNI-AU dengan rincian: 15 unit total lost, penggantian satu unit (TT-0417 menggantikan TT-0409 yang crash pada tahun 1981), dan mendapat tambahan dua unit berkursi ganda dari versi J (eks US Navy) pada tahun 1999.

TNI-AU resmi memensiunkan seluruhnya pada bulan Agustus 2004. Sebagai bentuk apresiasi pengabdian Skyhawk, beberapa diabadikan menjadi monumen, sedangkan dua lainnya menjadi koleksi museum di Satria Mandala, Jakarta (Baca: Douglas A-4E Skyhawk TT-0438 – Museum Satria Mandala) dan Dirgantara Mandala, Yogyakarta.(Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)