Garuda Indonesia mempromosikan burung besi barunya, trijet McDonnell Douglas MD-11 yang sebenarnya sarat kontroversi.

Iklan promosi ini dimuat dalam buku Perjalanan Pengabdian, buku tentang sejarah Garuda Indonesia selama 45 tahun operasionalnya. MD-11 bahkan dipasang sebagai halaman mukanya, sebagai pesawat terbaru milik Garuda Indonesia. Sosoknya mirip dengan Douglas DC-10 (Baca: Douglas DC-10, Trijet Legendaris) dengan perbedaan mencolok di ujung sayap yang dilengkapi winglets. MD-11 ini yang direncanakan akan menggantikan DC-10 dan mulai berdatangan pada awal Januari 1992.

Seperti yang ditulis pada kalimat utama dalam iklan tersebut “There is nothing mystical about this Garuda bird”, tidak ada yang mistis tentang burung milik Garuda ini terkait dengan nama Garuda itu sendiri, sang dewa burung yang merupakan kendaraan Dewa Wisnu dalam mitologi Hindu. Ditambah dengan foto utama MD-11 yang terbang dengan pencahayaan matahari yang tampak begitu agung, sangat mendukung dalam pesan tersirat dan tersurat di iklan tersebut, sang burung mistis.

Burung-Mistis-Garuda-1
Namun ternyata sang burung mistis ini ternyata tidak sebagus yang diharapkan. Selain menjadi ajang KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) dalam pengadaannya sehingga Garuda Indonesia harus menyewa dengan harga berkali-kali lipat dari harga aslinya, performanya kalah telak dibandingkan Douglas DC-10, pesawat yang ironisnya hendak digantikannya.

Keluhan dari operator-operator ini ditanggapi McDonnell Douglas dengan mengeluarkan versi berikutnya, MD-11ER yang juga dioperasikan Garuda Indonesia namun ternyata bukan solusi. Krisis ekonomi tahun 1997/1998 memaksa Garuda Indonesia merestrukturisasi dan merevitalisasi armadanya, MD-11 dan MD-11ER termasuk di antaranya, seluruhnya dikembalikan ke pemiliknya, perusahaan lessor GPA (Guinnes Peat Aviation) asal Irlandia. Sejak saat itu berakhirlah secara singkat pengabdian trijet ini di Garuda Indonesia. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)