Pada tanggal 23 September 1950, GIA (Garuda Indonesian Airways) resmi menerima dan mengoperasikan pesawat baru, Convair CV-240 yang diterbangkan langsung dari Pantai Barat, Amerika Serikat.
Jumlahnya tidak tanggung-tanggung, delapan unit terbang berbondong-bondong di atas Samudra Pasifik melalui Hawaii, Guam dan Wake Island, sampai akhirnya mendarat di Bandara Kemayoran, Jakarta. Pesawat berkapasitas angkut 40 penumpang ini menjadi pelengkap sekaligus nantinya menjadi regenerasi Douglas DC-3 Dakota milik GIA yang berkapasitas angkut hanya 20 penumpang.
Dari sisi teknologi baik CV-240 dan Dakota masih mengandalkan mesin radial piston, bedanya kabin CV-240 sudah bertekanan sehingga mampu terbang lebih tinggi sekitar 15.000 kaki. Ketinggian itu cukup nyaman buat penumpang karena udaranya lebih tenang, tidak banyak turbulensi atau guncangan seperti yang terjadi di ketinggian 5.000-10.000 kaki, ketinggian operasional Dakota. Pada ketinggian ini pula, konsumsi bahan bakar CV-240 lebih efisien daripada Dakota.
Kedatangan delapan Convair CV-240 disambut secara resmi oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Ir. Juanda.
PK-GCG menjadi salah satu dari delapan Convair CV-240 yang tiba di Kemayoran pada tanggal 23 September 1950.
Selain itu CV-240 berkonfigurasi roda tricyle, artinya tidak menggunakan roda ekor lagi melainkan roda hidung (nose wheel). Pilot dengan mudah mengarahkan pesawat sewaktu di darat, termasuk ketika lepas landas dan mendarat. Tidak seperti Dakota yang memaksa pilot membuka jendela kokpit, melongokan kepala ke luar karena posisinya yang mendongak.
Bagi GIA, kedatangan delapan CV-240 ini (beregistrasi PK-GCA s/d PK- GCI, minus PK-GCF) menjadi pesanan pesawat pertama setelah resmi lahir secara de jure pada tanggal 31 Maret 1950 (Baca: 70 Tahun De Jure Kelahiran GIA). Suatu tantangan pula bagi pengadaan SDM (Sumber Daya Manusia) di GIA khususnya untuk pilot yang saat itu masih tergantung pada Assistance Group KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij).
Bandara Kemayoran dibuka untuk masyarakat umum, beramai-ramai menyaksikan dari dekat pesawat baru GIA ini.
Convair CV-640 PK-RCP milik Seulawah Air Service ini aslinya adalah CV-240 PK-GCI milik GIA yang dimodernisasi.
Sama seperti Dakota, armada Convair CV-240/340/440 sempat dimiliterisasi saat Kampanye Trikora dan Dwikora. Setidaknya satu unit CV-240 disiapkan menjadi pesawat pos komando Wing Garuda/Wing Garuda 011. Kehadiran pesawat bermesin turboprop Fokker F27 dan badan sempit (narrow body) bermesin jet DC-9 (Baca: 25 Tahun Pengabdian Douglas DC-9) di GIA membuat teknologi mesin piston menjadi kuno. Seluruh armada Dakota dan Convair milik GIA yang tersisa, resmi pensiun pada awal 1970-an.
Namun karena dinilai tangguh seperti Dakota, Convair ini banyak yang dimodernisasi dengan memasang mesin turboprop menjadi Convair CV-640. Tiga di antaranya dioperasikan maskapai swasta Seulawah Air Service (Baca: Lahir dari Yayasan TNI-AD), bahkan PK-RCN dan PK-RCO, dan PK-RCP merupakan Convair CV-240 yang sebelumnya pernah dioperasikan GIA! (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)