Pada tahun ini sudah tepat 10 tahun, BAS (Bandung Air Show) 2010 digelar di Bandara Husein Sastranegara. Pameran kedirgantaraan yang berlangsung dari tanggal 23-26 September ini sebenarnya cukup mengesankan, apalagi sudah lama tidak digelar pameran sejenis di tanah air.
Dengan pameran kedirgantaran terakhir digelar yaitu IAS (Indonesia Air Show) pada tahun 1996 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, BAS 2010 menjadi oase tersendiri, kerinduan masyarakat melihat dari dekat industri penerbangan nasional. Kalau dibandingkan dengan IAS 1996, BAS 2010 memang bukan apa-apa. Ini adalah acara yang diprakarsai oleh TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) dan Pemkot (Pemerintah Kota) Bandung sebagai bagian dari perayaan HUT (Hari Ulang Tahun) Kota Bandung ke-200.
Tidak ada nama besar seperti Airbus dan Boeing di sana, apalagi transaksi milyaran dollar yang dilakukan oleh maskapai atau industri penerbangan lainnya layaknya pameran kedirgantaraan kelas internasional. Tapi tetap saja pameran ini memiliki gairah pameran kedirgantaraan pada umumnya, dibuka dengan gemuruh flypass pesawat tempur British Aerospace Hawk 100/200 milik TNI-AU, selama empat hari BAS 2010 memamerkan pesawat dan helikopter dari berbagai instansi dan perusahaan secara statis, aksi olahraga dirgantara, dan aerobatik di udara. Karena tetap melaksanakan operasional bandara, pesawat komersial yang lepas landas dan mendarat di Husein Sastranegara menjadi perhatian pengunjung pula.
Hujan deras tidak mengurangi antusias pengunjung BAS 2010 (kiri), mereka melihat dari dekat pesawat angkut milik TNI-AD yang juga buatan PT DI, NC-212 (kanan).
Dua pesawat angkut untuk penerjunan saat BAS 2010, Fokker F27 (kiri) dan CN235 (kanan).
Bandara Husein Sastranegara masih beroperasi untuk penerbangan komersial saat BAS 2010 dan menjadi tontonan tambahan bagi pengunjung.
Pesawat terbesar yang dipamerkan saat BAS 2010, keduanya sudah tidak laik terbang, Fokker F28 Sultra Air (kiri) dan N250 Gatot Kaca (kanan).
BAS 2010, dipotret pada hari terakhir pameran sebelum pengunjung masuk.
Hari terakhir BAS 2010 sama dengan hari sebelumnya, terus membludak (kiri). Susi Air memamerkan pesawat miliknya, Cessna Caravan (kanan).
Pesawat latih TNI-AU yang dijadikan obyek lomba foto model, KT-1B Wong Bee (kiri) dan AS202 Bravo (kanan).
Terjun payung dilaksanakan sepanjang BAS 2010, beberapa di antaranya membawa bendera raksasa mewakili kesatuannya, Paskhas (kiri) dan TNI-AU (kanan).
Kecelakaan tidak terhindarkan saat pesawat Super Decathlon yang diterbangkan pilot uji PT DI, Alex Supeli saat melakukan aksi aerobatik, jatuh di tengah landasan pacu dan meninggal dunia. Kecelakaan itu tidak serta merta mengurangi pengunjung, semakin membludak saat hari terakhir pameran karena merupakan hari libur akhir pekan.
Walaupun ada saja kekurangan khususnya sampah yang berserakan dan kemacetan, tidak diantisipasi penanganannya akibat jumlah pengunjung yang datang di luar dugaan, pameran kedirgantaraan ini dinilai sangat sukses dan dilanjutkan dua tahun kemudian. Pameran kedirgantaraan ini baik langsung atau tidak langsung ingin menegaskan dan mengingatkan kembali kepada masyarakat bahwa Bandung adalah kota dirgantara dengan Husein Sastranegara sebagai pusatnya. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)