TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) praktis menjadi operator terakhir pesawat regional jet Fokker F28 di Indonesia. Skadron 17 menggunakannya sebagai pesawat angkut VIP (Very Important Person) sejak tahun 1983.
Pesawat yang diterima pada tahun itu juga bukan pesawat baru, melainkan bekas pakai PAS (Pelita Air Service) sebagai operator kedua Fokker F28 di Indonesia setelah GIA (Garuda Indonesian Airways, sekarang bernama Garuda Indonesia). PK-PJT dengan nosename “Pangkalan Susu” yang dioperasikan PAS sejak tahun 1972 dihibahkan ke Skadron 17 pada bulan Desember 1983 dan diberi registrasi baru A-2801. A artinya pesawat Angkut, 28 adalah angka menunjukan tipe pesawat, dan 01 adalah urutan pertama dari tipe itu (Baca: Makna Nomor Ekor Pesawat Milik TNI-AU).
Kehadiran pesawat dari series 1000 ini memberikan nafas baru bagi Skadron 17 yang bermarkas di Pangkalan Angkatan Udara/Bandara Halim Perdanakusuma, di mana armada Lockheed Jetstar miliknya sudah tidak operasional lagi, tidak laik terbang akibat usia dan kelangkaan suku cadang. Berikutnya Skadron 17 menerima satu unit Boeing 707 juga dari PAS tapi dalam bentuk sewa, ditujukan untuk penerbangan jarak jauh, sedangkan Fokker F28 untuk penerbangan jarak menengah dan untuk jarak dekat digunakan Fokker F27, “dikaryakan” dari Skadron 2. Dari sisi kebutuhan penerbangan VIP pada periode 1970-1980-an, sebenarnya sudah cukup, namun tidak dari sisi kuantitas.
Nafas baru kembali diberikan kepada Skadron 17, kali ini hibah dua unit Fokker F28 eks Garuda Indonesia pada pertengahan tahun 1995. Beda sebelumnya yang merupakan series awal, kedua pesawat ini dari series 3000R. PK-GFR dan PK-GFQ masing-masing diberi registrasi baru, A-2802 dan A-2803. Fokker F28 terus dioperasikan pada pergantian milenium, dengan profil misi terbang yang berbeda dengan penerbangan militer, lebih mirip dengan penerbangan sipil, tidak heran Skadron 17 menjamin kesiapan ketiga pesawat Fokker F28 miliknya mencapai 80-90%. Tahun 2013 tepatnya pada bulan Februari, Skadron 17 menerima satu unit pesawat lagi dari series 4000 dari Transwisata. PK-TWA yang berumur hampir 30 tahun ini diubah registrasinya menjadi A-2804.
Fokker F28 A-2801 merupakan eks PAS, PK-PJT, dihibahkan sejak tahun 1983 menjadi kekuatan Skadron 17 Angkut VIP di Halim Perdanakusuma.
A-2802 dan A-2803 (foto) merupakan Fokker F28 eks Garuda Indonesia, dihibahkan pada pertengahan tahun 1995. Pesawat ini sekarang menjadi monumen di Taman Halim Perdanakusuma.
Fokker F28 di antara Boeing 737 dan Lockheed L-100-30 Hercules. Dulu ketiganya menjadi kekuatan sayap tetap (fixed wing) Skadron 17 VIP, sekarang hanya menyisakan Boeing 737 dan Hercules.
A-2804 (eks Transwisata, PK-TWA) menjadi tipe Fokker F28 terakhir yang diterima Skadron 17 pada tahun 2013, sebelum seluruhnya pensiun pada periode 2017/2018.
Penggunaan pesawat bekas pakai untuk keperluan pejabat tinggi negara ini sempat mendapat kritikan dari Wapres (Wakil Presiden) Jusuf Kalla, namun dibalik itu, Fokker F28 adalah pesawat tangguh yang fleksibel, dapat dioperasikan di bandara kelas II dan III (B dan C) yang tersebar di wilayah Nusantara. Saingan terdekatnya yang juga sanggup beroperasi di landasan pacu 1.000-1.200 meter adalah British Aerospace BAe 146 yang juga menjadi pesawat angkut VIP namun pengoperasiannya berada di bawah Setneg (Sekretariat Negara), menyewa dari PAS.
Dengan mengoperasikan empat unit, memang bukan apa-apa bila dibandingkan Garuda Indonesia yang sempat mengoperasikan lebih dari 30 unit dari tiga series (1000, 3000, dan 4000), namun Skadron 17 merupakan operator terakhir Fokker F28 di Indonesia. Dengan bangkrutnya Fokker pada tahun 1996 serta semakin sulit dan mahalnya mendapatkan suku cadang, maka TNI-AU memutuskan secara bertahap memensiunkan Fokker F28 sejak tahun 2016 dan praktis periode 2017/2018 sudah tidak dioperasikan lagi seluruhnya.
Saat ini Skadron 17 hanya mengoperasikan dari tipe Boeing 737 dan Lockheed L-100-30 Hercules versi VIP (Baca: Menjemput Super Hercules A-1314 dari Amerika Serikat). Sebagai bentuk penghargaan atas pengabdiannya, TNI-AU mengabadikan salah satu Fokker F28 (A-2803) menjadi monumen di Taman Halim Perdanakusuma yang diresmikan pada bulan Januari 2019. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)