Walaupun pesawat latih tempur Hawker Siddeley Hawk telah berdatangan pada tahun 1980 (Baca: HS Hawk Tiba di Indonesia), namun baru tahun berikutnya diserahkan secara resmi sebagai satu skadron.

TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) secara resmi mengoperasikan delapan unit Hawk sebagai bagian dari kekuatan Skadron Pendidikan (Skadik) 103 yang merupakan bagian dari Wingdik (Wing Pendidikan) I Kodikau (Komando Pendidikan Angkatan Udara), berkedudukan di Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Adisucipto, Yogyakarta pada tanggal 24 Februari 1981.

Praktis Hawk menggantikan dan memensiunkan Aero Vodochody L-29 Dolphin (Baca: Latihan Terbang Jarak Jauh Terakhir sang Lumba-Lumba) yang telah dioperasikan selama kurang lebih 15 tahun. Perbedaannya dengan Dolphin, Hawk dapat berfungsi sebagai pesawat serang darat walaupun kemampuannya terbatas dan tidak bisa dibandingkan dengan Douglas A-4 Skyhawk (Baca: Kedatangan Skyhawk, Kelahiran Kembali Skadron 11 dan Skadron 12). Tidak mengherankan saat TNI-AU menambah Hawk lagi sampai 20 unit, Skadik 103 dikembangkan menjadi Skadron 15 pada tahun 1986 yang berkedudukan di PAU Iswahyudi, Madiun, selain tidak melupakan tugasnya sebagai pesawat latih jet tingkat lanjut (advanced trainer).

Penyerahan-Resmi-Skadron-Hawk-1Flypass formasi empat pesawat Hawk saat peresmian penyerahannya sebagai kekuatan Skadik 103 di Adisucipto, Yogyakarta.

Penyerahan-Resmi-Skadron-Hawk-2Dengan upacara sederhana delapan Hawk resmi menjadi bagian dari Skadik 103 menggantikan Dolphin. Dipamerkan pula berbagai persenjataan yang bisa dibawanya sebagai peran sekunder penyerang darat.

Penyerahan-Resmi-Skadron-Hawk-3Upacara peresmian ini dipimpin dan dihadiri langsung oleh KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara) Marsekal Ashadi Tjahjadi.

Selama pengabdiannya, Hawk sempat terlibat dalam latihan dan operasi militer di antaranya ke Manado, Papua, Kupang, dan Timor Timur (Timor Leste), termasuk pengawasan dan patroli ALK (Alur Laut Kepulauan) Indonesia II dan III. Beberapa unit Hawk ini juga sempat dicat merah putih sebagai tim aerobatik Spirit’85, sebagai penerus Spirit’78 yang menggunakan Avon Sabre (Baca: Mempersenjatai Kembali Avon Sabre) sekaligus embrio dari JAT (Jupiter Aerobatic Team). Pesawat ini bahkan dilibatkan pula dalam pembuatan film Perwira Ksatria (Baca: Film Perwira Ksatria, Top Gun-nya Indonesia).

Peran Hawk Mk.53 mulai menurun saat TNI-AU mendatangkan generasi terbaru Hawk, yaitu Hawk 109 dan 209 pada pertengahan 1990-an. Semakin menurun pasca pergantian milenial karena embargo akibat pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) di Timor Leste pasca referendum 1999. Saat pengabdiannya, beberapa unit ada yang mengalami kecelakaan fatal, sebagian dijual kembali ke British Aerospace, dan akhirnya diputuskan pensiun setelah 35 tahun pengabdiannya untuk digantikan oleh KAI (Korean Aerospace Industry) T-50 Golden Eagle. Satu unit Hawk Mk.53 yang tersisa, T-5309 diterbangkan untuk terakhir kalinya dari Iswahyudi ke Adisucipto pada tanggal 12 Maret 2015, untuk nantinya dihibahkan menjadi koleksi Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)