Pasca kecelakaan di Medan pada tahun 2005, Mandala Airlines melaksanakan re-branding untuk mempertahankan kepercayaan konsumen, termasuk mendatangkan pesawat baru, Airbus A320.
Iklan promosi yang dimuat di Majalah Angkasa No.4 Januari 2007 ini menyebutkan dalam kalimat utamanya, “Kami menyebutnya salah satu pesawat yang ternyaman di dunia,” menunjuk ke A320. Pesawat itu tampak terbang di angkasa dengan cat minimalis serba putih dan logo baru yang lebih modern. Dalam iklan itu menyebut pula rute yang dilayani A320 dari Jakarta, menuju kota-kota Ambon, Balikpapan, Batam, Denpasar, Makassar dan tentu saja Medan sebagai rute tradisionalnya. A320 menggantikan seluruh Boeing 737-200 milik Mandala sejak tahun 2009.
Re-branding Mandala Airlines dengan investasi dari Cardig International sebenarnya cukup berhasil, namun dibalik itu biayanya lumayan besar, masih belum seimbang dengan pemasukan yang diperoleh bahkan sempat stop operasi pada bulan Januari 2011. Bersaing ketat dengan maskapai tiket murah seperti Lion Air, membuat Mandala Airlines mengubah layanan medium service miliknya menggandeng layanan LCC (Low Cost Carrier), atau tepatnya hybrid/gabungan medium-LCC, dengan menggandeng Tiger Airways asal Singapura.
Dengan identitas baru Tiger-Mandala, maskapai ini kembali terbang pada bulan April 2012, harusnya menjadi lebih sehat lewat pembelian mayoritas saham oleh Saratoga Group, namun kenyataannya lain. Pelanggan setianya lebih memilih menggunakan pesaingnya seperti Batavia Air, Sriwijaya Air bahkan Lion Air, sudah tidak percaya karena sempat tidak terbang selama setahun. Terlilit banyak utang dari manajemen sebelumnya, ditambah lagi dengan faktor eksternal seperti kenaikan harga avtur dan menguatnya dollar terhadap rupiah, Tiger-Mandala terpaksa menghentikan operasionalnya pada bulan Juli 2014. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)