Sering terjadi kebakaran hutan di Indonesia, khususnya di musim kemarau bahkan asapnya sampai mengganggu negara tetangga membuat LG (Lucky-Goldstar) yang identik sebagai perusahaan elektronik asal Korea Selatan menawarkan helikopter pemadam kebakaran Kamov Ka-32A.

Iklan yang dimuat di Majalah Angkasa No.2 November 2006 ini juga menampilkan artikel sebanyak empat halaman menceritakan keunggulan helikopter ini dibanding pesaingnya. Suatu keunikan tersendiri karena Korea Selatan yang sudah dikenal pengguna peralatan Barat justru mengoperasikan Ka-32A yang tergolong helikopter buatan Timur. Berawal dari gagal bayar pihak Rusia untuk melunasi utang-utang era Uni Soviet, justru dibarter sebagian dengan peralatan perang termasuk helikopter Ka-32A. LG sendiri ditunjuk oleh pemerintah Korea Selatan dan Kamov sebagai perusahaan distributor Ka-32A, di mana sebanyak 80 unit (!) dioperasikan oleh Angkatan Udara, Penjaga Pantai, dan Departemen Kehutanan Korea Selatan.

Ka-32A sendiri merupakan turunan dari Ka-25 yang awalnya berfungsi sebagai helikopter anti kapal selam. Dikembangkan lagi oleh Kamov untuk kepentingan sipil dan terbukti bahwa helikopter yang desainnya identik dengan baling-baling koaksial (dua baling-baling utama saling tumpuk dan berputar berlawanan arah) memiliki kemampuan mengambang di udara (hovering) lebih stabil daripada versi konvensional yang menggunakan rotor ekor (tail rotor). Tanpa tail rotor memungkinkan helikopter ini dapat bermanuver dengan mudah dan gesit di area sempit penuh rintangan di ketinggian rendah, sehingga cocok dioperasikan untuk tugas SAR (Search & Air Rescue), evakuasi medis, membangun infrastruktur di tempat terpencil, dan pemadam kebakaran.

Kamov-Ka-32A-Helikopter-Pemadam-Kebakaran-1
Untuk tugas pemadam kebakaran, tanki air (water tank) yang terpasang di dalam badan Ka-32A dapat menampung 3.000-5.000 liter air. Air dapat disedot lewat perangkat Simplex System saat helikopter terbang mengambang di atas badan air (danau, waduk, pantai, dsb.) dengan kemampuan sedot sampai 3.000 liter/menit, sedangkan meriam airnya dapat menyemprot sejauh 65 meter secara horisontal dan 25 meter secara vertikal. Sistem lainnya yang lebih simpel adalah menggunakan ember air (Bambi Bucket System) yang tergelantung di bawah badan heli dan air bervolume 5.000 liter dalam ember ini dijatuhkan tepat di atas area kebakaran.

Sayangnya pemerintah Indonesia masih belum tertarik memiliki helikopter atau pesawat khusus pemadam kebakaran dan lebih memilih untuk menyewa. Tawaran pembelian Ka-32A dari LG lewat perwakilan lokal PT Warga Kusuma Jaya dilewatkan begitu saja. Saat ini satu-satunya operator di Indonesia yang masih mengoperasikan Ka-32A adalah Pegasus Air Services Indonesia. Maskapai carter berkedudukan di Jakarta namun sering beroperasi di Papua ini memiliki satu unit Ka-32A versi 11BC yang sudah berteknologi glass cockpit serta bersertifikasi Eropa dan Kanada. Tipe inilah yang sering dicarter oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) saat musim kemarau melanda Indonesia. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)