Pesawat komuter bermesin turboprop tunggal Cessna 208B Grand Caravan memperkenalkan diri di Jakarta pada tanggal 11 Agustus 1994, sebagai bagian dari tur terbang keliling dunia!
Tur ini membuktikan bahwa pesawat bermesin tunggal adalah pesawat yang aman, bahkan sama andalnya dengan pesawat komuter sekelasnya yang bermesin ganda. Ide tur keliling dunia ini memang bukan barang baru, tahun sebelumnya, Socata TBM 700 pesaing Grand Caravan berhasil melakukannya dalam waktu empat hari, terbang dari Bandara Le Bourget saat Paris Airshow dan kembali saat pameran dirgantara akbar itu ditutup.
Dikutip dari Majalah Angkasa No. 12 September 1994, Grand Caravan beregistrasi N1122N sengaja singgah di Bandara Halim Perdanakusuma dalam perjalanan berikutnya terbang ke Australia dan Selandia Baru. Tur ini juga sekaligus perayaan Hari Ulang Tahunnya yang ke-10, yang aslinya merupakan pesawat murni kargo bernama Super Cargomaster pesanan FedEx.
Grand Caravan beregistrasi N1122N tiba di Jakarta sebagai bagian dari tur terbang keliling dunia dan merayakan hari ulang tahunnya ke-10.
Menteri Perhubungan Haryanto Danutirto menyimak penjelasan dari tim promosi Cessna Grand Caravan. Butuh waktu sekitar 10 tahunan lebih pesawat ini untuk menjadi populer di Indonesia.
Dari Super Cargomaster, lahirlah versi penumpang bernama Grand Caravan. Dengan badan lebih panjang satu meter lebih dari sang “kakak” Cessna 208 Caravan, memungkinkan Grand Caravan mengangkut 11 penumpang dari sebelumnya sembilan penumpang. Saat debutnya di Jakarta itu, maskapai layanan sosial dan nirlaba MAF (Mission Aviation Fellowship) sudah mengoperasikan dua unit Caravan sejak tahun 1990 lengkap dengan pod kargo di bawahnya.
Salah satu operator Grand Caravan di Indonesia yang terkenal (sekaligus terbanyak) adalah Susi Air dan sempat menggunakannya untuk penerbangan reguler Jakarta-Bandung-Cilacap namun kemudian ditutup. Lainnya adalah Sky Aviation untuk menghubungkan rute Surabaya, Banyuwangi, dan Denpasar. Selain itu Travira Air menggunakan versi berpelampung yang memungkinkan mendarat di perairan. Mesin Pratt & Whitney PT6 yang digunakan memang efisien dan tangguh, ditambah lagi pesawat ini mudah dikonversi dari versi penumpang menjadi angkut kargo. Hal-hal inilah yang menyebabkan Grand Caravan cukup populer digunakan banyak operator carter di Indonesia, walaupun harus butuh sekitar 10 tahunan lebih dari debut pertama kalinya ini. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)