Camel Trophy yang berlangsung pada bulan April 1985 di wilayah Kalimantan, mendapat tantangan berat yang belum ditemui sebelumnya. Mau tidak mau untuk pertama kalinya bantuan helikopter dipakai sebagai jembatan udara untuk menuntaskan rute.

Seperti namanya, perusahaan rokok Camel menjadi sponsor ajang adu keterampilan mengemudikan kendaraan off-road sejauh 1.000 mil (1.600 km) di medan tersulit di seluruh dunia. Awalnya sekedar gimik, namun kemudian mendapat sambutan luar biasa dari pengemudi dan petualang off-road dari seluruh dunia. Selain itu Camel Trophy identik dengan jeep asal Inggris nan tangguh, Land Rover, padahal saat pertama kali dilaksanakan di hutan Amazon, Brazil pada tahun 1980, justru menggunakan jeep Ford U50 buatan lokal. Baru tahun kedua yang berlangsung di Sumatra (rute Berastagi-Jambi), Land Rover menjadi partner resmi ajang internasional tahunan yang sering dijuluki “Olympics of Four-Wheel-Drive”.

Rute Balikpapan-Samarinda saat Camel Trophy Borneo 1985. Kedua kalinya Indonesia menjadi tempat ajang “”Olympics of Four-Wheel-Drive” setelah di Sumatra empat tahun sebelumnya.

Terjebak lumpur dan terbalik menjadi hal yang biasa saat Camel Trophy Borneo 1985. Tidak jarang pula tim pendukung harus membuat jembatan darurat dari batang kayu karena rute yang dilewati terbenam banjir.

Setelah Papua Nugini, Zaire (Republik Congo), lalu Brazil lagi, Camel Trophy kembali diselenggarakan di Indonesia, kali ini di Kalimantan Timur, menelusuri rute Balikpapan-Samarinda. Sebanyak 16 tim dari delapan negara mengikuti Camel Trophy Borneo 1985. Untuk pertama kalinya pula Land Rover 90 (Ninety) yang baru saja dipasarkan setahun sebelumnya menjadi andalan tim peserta, sedangkan tim pendukung masih menggunakan Land Rover tipe sebelumnya, 110 (One Ten).

Ketika digelar di Kalimantan, musim hujan masih berlangsung, menimbulkan banyak kesulitan bagi tim peserta dan pendukungnya. Kendaraan terbalik, masuk lumpur, atau bergerak dalam kubangan air yang dalam menjadi pemandangan biasa. Pernah dua hari hanya sanggup menempuh jarak 300-400 meter! Belum lagi tantangan lainnya seperti suhu panas dan gigitan serangga. Rute-rute yang direncanakan terpaksa diubah karena banyak yang “menghilang” akibat terjangan banjir dan tanah longsor. Tim pendukung sebisa mungkin membangun jembatan darurat. Namun pada satu titik, hal itu tidak bisa dilakukan, halangannya terlalu dalam, hanya dapat dilalui saat musim kemarau dan setelah itu harus melewati hutan yang cukup lebat. Panitia akhirnya memanggil bantuan helikopter angkut berat milik Airfast Indonesia yang berpangkalan di Balikpapan untuk mengangkut seluruh kendaraan untuk diturunkan di dekat Kampung Rampang, Sungai Jembayan.

Pada satu titik, rute tidak bisa dilewati lagi, mau tak mau kendaraan harus diangkut lewat udara. Tim pendukung membongkar Land Rover mulai dari barang bawaan sampai pintu depan dan belakang agar seringan mungkin.

Dengan jala dilingkari sekeliling badan dan keempat roda mobil, lalu dikaitkan pada derek di bagian bawah helikopter Sikorsky S-58ET, Land Rover 90 Camel Trophy Borneo 1985 siap terbang di atas hutan lebat Kalimantan Timur.

Dengan beban tergantung mencapai dua ton, tidak mudah bagi pilot Airfast Indonesia mengangkut Land Rover. Angin kencang sering mengganggu operasi jembatan udara ini.

Helikopter yang digunakan adalah Sikorsky S-58ET, sanggup membawa muatan sekitar dua ton dengan cara menggantungnya di bawah badan. Agar seringan mungkin, bagian-bagian dari Land Rover dilepas, mulai dari ban cadangan, aki mobil, tangki jerigen, barang-barang yang dibawa, bahkan termasuk pintu depan dan belakang! Jala tali melingkari sekeliling badan dan keempat roda mobil, lalu dikaitkan pada derek di bagian bawah helikopter. Bukan perkara mudah mengingat angin kencang sering terjadi. Selama enam jam mulai dari siang sampai sore hari, helikopter berhasil mengangkut delapan unit kendaraan. Operasi Jembatan Udara “The Big Lift” tersebut membutuhkan sampai puluhan kali penerbangan bolak-balik dan tuntas selama tiga hari dari tanggal 23 sampai 25 April. Di darat, tim pendukung mulai memasang kembali bagian-bagian kendaraan, dan pastinya ada yang tertukar dengan kendaraan milik peserta lain!

Walaupun penuh kesulitan, Camel Trophy Borneo 1985 berhasil dituntaskan. Tim asal Jerman Barat ditetapkan sebagai pemenangnya. Sedangkan Team Spirit Trophy, piala untuk tim pendukung, diraih oleh tim asal Brazil. Berikutnya Indonesia masih menjadi tempat penyelenggaraan Camel Trophy yaitu pada tahun 1986 (rute Manado-Makassar) dan tahun 1996 (rute Balikpapan-Pontianak) sehingga total mencapai empat kali. Camel Trophy masih terus berlangsung dilakukan sampai tahun 1998 di Tierra del Fuego, Amerika Selatan.

Pemandangan spektakuler! Land Rover 90 terbang di atas hutan lebat nan hijau di Kalimantan Timur menggunakan Sikorsky S-58ET milik Airfast Indonesia beregistrasi PK-OAF. 

Penggunaan helikopter baru pertama kali dilakukan saat Camel Trophy Borneo 1985. Seluruh kendaraan Land Rover 90 dan 110 sukses diangkut dan diturunkan di dekat Kampung Rampang, Sungai Jembayan untuk melanjutkan rute berikutnya.

Rencana berikutnya di Peru dibatalkan karena Land Rover mengakhiri keterlibatannya di Camel Trophy. Tahun 2000 sebagai Camel Trophy terakhir, dilaksanakan di Tonga-Samoa, namun sangat disayangkan formatnya jauh berubah, bukan off-road lagi melainkan ajang pertandingan maritim dengan perahu karet bermotor! Tidak heran para penggemarnya yang kecewa menganggap  Camel Trophy hanya berlangsung 18 tahun, bukan 20 tahun. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)