Aeroflot, flag carrier Uni Soviet pada tahun 1960-an dan 1970-an sedang gencar-gencarnya melebarkan sayapnya ke seluruh dunia, tidak terkecuali ke Jakarta, Indonesia.
Dalam iklan Aeroflot ini terlukis ciri khas Indonesia, perempuan berpakaian bermotif batik dan perahu tradisional. Sangat sederhana namun mengingatkan gaya lukisan ekspresionisme, begitu pula penggambaran bentuk pesawat di kiri atas tidak terlalu jelas bentuknya, sepintas mirip Ilyushin Il-62 “Classic”. Pemilihan warna juga unik, warna ungu dan biru untuk sosok perempuan serta didominasi kuning, secara tersirat menggambarkan iklim tropis di mana matahari selalu bersinar. Tidak ada kalimat khas atau tagline khusus, hanya tertulis minimalis, Aeroflot Soviet Airlines dan logo Aeroflot dengan tulisan via Moscow di kiri bawah. Tulisan Djakarta cukup mendominasi seolah-olah iklan ini memang ditujukan untuk pasar Indonesia.
Aeroflot mulai menjajaki layanan penerbangan rute Moskow-Jakarta sejak tahun 1961. Berbeda dengan maskapai Blok Timur yang juga melayani rute ke Jakarta seperti CSA, flag carrier Cekoslovakia yang menggunakan pesawat komersial bermesin jet, Tupolev Tu-104 “Camel”, Aeroflot justru mengandalkan Il-18 “Coot”, bermesin turoprop walaupun ukurannya sendiri hampir menyamai dengan pesawat bermesin jet buatan Amerika Serikat, Boeing 707 dan Douglas DC-8! Pesawat yang terbang perdana pada tahun 1957 ini mengangkut 80-89 penumpang, terbagi atas dua kelas: First Class dan Tourist Class.
Penggunaan Il-18 untuk rute jarak jauh ke Benua Asia, Afrika, dan Amerika dinilai lebih efisien daripada pesawat komersial jet generasi awal seperti Tu-104. Aeroflot sendiri memiliki Tu-104 tapi diprioritaskan menghubungkan rute jarak pendek-menengah regional domestik dan Eropa. Rute layanan Moskow (Bandara Internasional Sheremetyevo) ke Jakarta (Bandara Internasional Kemayoran) meliputi kota-kota Tashkent, New Delhi, dan Rangoon, seminggu sekali pada hari Rabu dan perjalanan kembali Jakarta-Moskow pada hari Jumat, dengan waktu perjalanan sekitar 24-26 jam.
Setelah Il-62 hadir pada tahun 1970-an dan cukup efisien untuk penerbangan internasional, Il-18 segera ditarik dan hanya bertugas untuk layanan rute domestik. Aeroflot masih melayani rute ke Jakarta saat penerbangan internasional dialihkan ke Soekarno-Hatta, Tangerang sampai setelah runtuhnya Uni Soviet menjadi Rusia menggunakan pesawat buatan Barat, Airbus A310 dan menghentikan sama sekali saat krisis ekonomi melanda Asia pada tahun 1997/1998. Saat ini Aeroflot masih terkoneksi ke Indonesia, bukan ke Soekarno-Hatta melainkan ke Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali. Penerbangan langsung ini dilaksanakan sejak tahun 2018 menggunakan pesawat badan lebar tipe Boeing 777 atau Airbus A330. (Aviahistoria, Sejarah Penerbangan Indonesia)