Salah satu jargon pemerintahan Orde Baru, mempercepat pemerataan pembangunan dijadikan tagline iklan Pelita Air Service yang dimuat di Majalah Angkasa Edisi Juli-Agustus 1980.
Pelita Air Service atau yang sering disingkat PAS merupakan maskapai carter, anak perusahaan Pertamina (Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara). Tugasnya tentu saja menyediakan sarana transportasi udara untuk melancarkan usaha utama Pertamina, eksplorasi minyak dan gas bumi di seluruh wilayah Indonesia. Tahun 1970-an dan awal 1980-an, pemerintah Orde Baru menggenjot penerimaan devisa dari sektor tambang, sebagai implikasinya armada PAS berkembang dan menjadi maskapai carter terbesar se-Indonesia. Kliennya tidak hanya Pertamina namun juga dari perusahaan tambang asing. PAS benar-benar menikmati keistimewaan luar biasa pada waktu itu.
Industri minyak dan gas merupakan industri berstandar tinggi dalam mendukung proses produksinya termasuk industri pendukungnya. Tidak heran armada yang dimiliki PAS tergolong serba baru dengan umur rata-rata di bawah lima tahun. Pengadaan pesawat dan helikopter baru yang pastinya telah mengadopsi teknologi canggih ini kadang lebih cepat daripada TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) dan GIA (Garuda Indonesian Airways)!
Dalam iklan ini ditampilkan foto helikopter angkut berat, Aérospatiale SA330 Puma beregistrasi PK-PDU yang tampak sedang mendukung eksplorasi tambang minyak dan gas lepas pantai. Sedangkan foto di bawahnya adalah Lockheed L-100-30 beregistrasi PK-PLU, versi sipil Hercules yang berbadan lebih panjang atau disebut juga Super Hercules, digunakan untuk angkut kargo dan nantinya mendukung proyek transmigrasi (Baca: Hercules untuk Transmigrasi). PK-PDU sudah dioperasikan PAS sejak tahun 1974 sedangkan TNI-AU baru menerima Puma empat tahun kemudian! Tapi setidaknya baik PAS dan TNI-AU sama-sama mengoperasikan Super Hercules pada tahun 1979, hanya selisih sekitar tiga bulan, PK-PLU sebagai Hercules pertama yang dioperasikan PAS diterima pada bulan Juli sedangkan TNI-AU pada bulan April (Baca: Menjemput Super Hercules A-1314 dari Amerika Serikat).
Sayangnya baik PK-PDU dan PK-PLU berakhir nahas. PK-PDU mengalami kerusakan mesin dan berusaha mendarat darurat di air namun tenggelam di Kepulauan Natuna pada tanggal 28 Mei 1982, sedangkan PK-PLU yang dihibahkan ke TNI-AU menjadi A-1329 pada tahun 1997, terbakar setelah overshoot di landasan pacu Bandara Lhokseumawe-Malikussaleh, Aceh pada tanggal 20 Desember 2001. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)