Selisih sekitar sebulan, GIA (Garuda Indonesian Airways) kembali mengirim calon pilot ke luar negeri dan negara yang terpilih kali ini adalah Inggris.
Sama seperti Grup RLS (Grup RLS, Mendidik Calon Pilot Sipil di Belanda), pemerintah Indonesia lewat Djawatan Penerbangan Sipil memanggil pemuda usia 18-25 tahun lewat media cetak, poster, dan radio. Dari 341 pendaftar hanya 27 orang yang lulus ujian Bahasa Inggris, Ilmu Pengetahuan Alam, psikotes, dan tes kesehatan.
Bulan Oktober 1951, sembari menunggu proses administratif dan transportasi, mereka dibekali ilmu tingkat awal, mengikuti kursus singkat ilmu penerbangan sekaligus uji bakat terbang (aptitude test) dengan pesawat Piper Cub di Sekolah Penerbang AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) di Lapangan Terbang Andir, Bandung (Andir, De Fabriek dan Lapangan Terbang LA). Dari proses seleksi ini hanya 18 orang yang lulus dan berangkat ke Inggris.
Grup Hamble di kapal Willem Ruys. Selama perjalanan tiga minggu, mereka belajar bahasa Inggris dan tata krama bangsa Eropa termasuk table manner.
AST-Britain’s Air University di Hamble memiliki armada pesawat latih yang lengkap mulai dari Tiger Moth, Auster, Chipmunk, Anson, Oxford, bahkan Dakota.
Pada tanggal 20 Desember 1951 mereka berangkat dengan kapal Willem Ruys dari Tanjung Priok, dengan dua hari sebelum keberangkatan berpamitan kepada Wakil Presiden Muhammad Hatta di Istana Merdeka. Selama tiga minggu berlayar, mereka terus berlatih bahasa Inggris sekaligus tata krama bangsa Eropa di kapal dan tiba di Pelabuhan Southampton pada tanggal 9 Januari 1952, disambut oleh duta besar Indonesia untuk Inggris, Marzuki dan Walikota Southampton.
Rencananya mereka akan menempuh pendidikan di Air Service Training/AST-Britain’s Air University yang berlokasi di Hamble, sekitar 110 km barat daya dari London. Dari kota inilah nama Grup Hamble diambil. Pendidikan darat (ground school) dimulai pada tanggal 1 Februari sedangkan pendidikan udara (flight school) atau latihan terbang baru dimulai pada bulan Mei karena masalah cuaca dengan menggunakan pesawat latih dasar, de Havilland DH-82A Tiger Moth bersayap ganda. Bulan Juni 1952 Grup Hamble rata-rata sudah melakukan penerbangan solo dan berhak mendapatkan ijazah PPL (Private Pilot Licence).
Bulan berikutnya Grup Hamble terbang dengan pesawat Auster yang bersayap tinggi (high wing) dengan instrumen lebih lengkap dari Tiger Moth, sambil terus menerbangkan Tiger Moth secara bergantian. Dengan Auster inilah mereka mendapatkan ijazah berikutnya, CPL (Commercial Pilot Licence) dengan salah satu persyaratannya lulus IR (Instrument Rating) pada bulan Oktober 1952.
Sebagai catatan pada bulan Juli 1952 Grup Hamble mendapatkan tambahan anggota dari calon pilot sipil didikan AURI yang sudah mendapat Wing Terbang. Mereka ini dinamakan Pensip (Penerbang Sipil)-1 dan langsung berlatih menerbangkan pesawat bermesin ganda Airspeed Oxford dan Avro Anson karena sebelumnya sudah mendapatkan jam terbang cukup banyak di pesawat bermesin tunggal Piper Cub, Vultee BT-13, dan North American Harvard. Sementara Pensip-2 baru menerbangkan tipe pesawat bermesin ganda pada bulan Maret 1953 setelah terbang dengan de Havilland Chipmunk yang memiliki kemampuan terbang aerobatik
Grup Hamble mulai melaksanakan latihan terbang dengan pesawat latih mula bersayap ganda, Tiger Moth pada bulan Mei 1952.
Chipmunk menjadi pesawat latih berikutnya setelah Tiger Moth dan Auster. Pesawat bersayap rendah ini sanggup terbang aerobatik.
Menerbangkan pesawat bermesin ganda Oxford menjadi pesawat latih berikutnya Grup Hamble untuk mendapatkan CPL dengan kualifikasi multi-engine rating.
Pensip-1 mulai berlatih terbang dengan Douglas DC-3 Dakota pada akhir bulan Februari 1953 sementara Pensip-2 pada bulan September 1953. Sebuah pencapaian besar bagi mereka, walaupun masih berstatus siswa namun sudah merasa seperti pilot sungguhan dengan berlatih menerbangkan Dakota! Grup Hamble akhirnya siap melaksanakan ujian meraih ijazah SCPL (Senior Commercial Pilot License) pada bulan Desember 1953.
Setelah ujian, Grup Hamble menerima tamu istimewa, Kepala Djawatan Penerbangan Sipil Ir. Sugoto yang meminta mereka segera pulang karena GIA baru saja mendatangkan 14 unit pesawat de Havilland DH-114 Heron (Baca: DH. 114, Kisah si Burung Bangau yang Terlupakan). Pesawat bermesin empat kelas komuter ini cukup diterbangkan oleh pilot berlisensi SCPL dengan nantinya pendidikan mendapatkan lisensi tertinggi ATPL (Air Transport Pilot License) dilanjutkan di Jakarta. Mereka menolak karena menurut perjanjian akan dididik sampai meraih ATPL. Akhirnya diambil jalan tengah, bagi yang tidak lulus mata pelajaran SCPL walaupun satu sekalipun, akan pulang sedangkan bagi yang lulus semuanya, lanjut ke ATPL.
Maka pecahlah Grup Hamble menjadi dua. Hamble-1, terdiri atas 12 orang: Sutarso, Sukarno, Sukamto, Suroso, Nurasid W. Kasby, Ojan AH., Hartono, Nuhud Achmad, Sachroni, Nasution, dan Sudewo dipulangkan lebih awal dan tiba di Jakarta pada tanggal 4 Mei 1954. Sedangkan Hamble-2, terdiri atas 13 orang: Sumedi Amir, Roekanto Djokomono, M. Syafei, J. Repon, Soetjipto, Roebiono, Kusdjinatin, Abdul Rohim, Soejono, Lautan Siregar, Samadikun, Hari Purnomo, dan Bambang Windukentjono melanjutkan pendidikan dan menambah jam terbang, berhasil meraih lisensi ATPL pada tanggal 1 Juni 1954, dan tiba di Jakarta pada tanggal 25 Juli 1954.
Saat liburan musim dingin, Grup Hamble berkesempatan mengunjungi Perancis dan meninjau pabrik Hurel Dubois di Paris pada tahun 1953.
Grup Hamble saat berkunjung ke Place du Concorde, Paris, saat liburan musim dingin tahun 1953 di Perancis.
Walaupun sudah meraih lisensi ATPL, mereka harus mengikuti pengecekan lebih lanjut dari instruktur-instruktur API (Akademi Penerbangan Indonesia) yang baru saja berdiri tahun 1952, Jika lulus maka lanjut kursus konversi di GIA. Sayangnya tiga orang tidak lulus pengecekan: Samadikun, Hari Purnomo, dan Bambang Windukentjono. Ketiganya lantas disalurkan di API sebagai instruktur simulator Link Trainer dan Ground Instructor. Sedangkan yang lulus, siap terbang di Dakota milik GIA sebagai kopilot pada tanggal 1 Oktober 1954.
Sama seperti Grup RLS, Grup Hamble menerbangkan de Havilland Heron, Dakota, Convairliner 240/340/440, Convair 990A, dan Douglas Jet. Ada pula yang masih aktif terbang saat GIA menjadi Garuda Indonesia, menerbangkan pesawat badan lebar (wide body) DC-10 dan Boeing 747-200 sampai akhirnya pensiun pada tahun 1990-an. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)