Garuda Indonesia terus mempromosikan layanan kelas bisnisnya sembari melaksanakan restrukturisasi rute khususnya rute ke Eropa pada pertengahan 1990-an.

Pada iklan yang dimuat di Majalah Angkasa No.2 November 1995 ini menampilkan gambar utama penumpang yang tertidur selama perjalananan panjang menuju Eropa di tempat duduk kelas bisnis setara kelas eksekutif yang tampak sangat luas dan nyaman.

Dalam iklan itu pula tertera informasi bahwa armada pesawat Garuda Indonesia meliputi Boeing 747-400 dan MD-11 melayani kota-kota di Eropa dengan frekuensi 15 kali seminggu sejak bulan Oktober 1995. Rinciannya pada waktu itu Garuda Indonesia melayani enam kota di Eropa meliputi Paris (3 kali seminggu) , Amsterdam (5 kali), London (2 kali), Roma (2 kali), Zurich (2 kali), dan Frankfrut (5 kali).

Kelas-Bisnis-Lebih-Luas-Garuda-Indonesia-1Frekuensi 15 kali seminggu ini merupakan salah satu bentuk restrukturisasi rute Garuda Indonesia di bawah pimpinan Direktur Utama Soepandi agar layanan ke Eropa lebih efisien dan mendapatkan persentase load factor lumayan tinggi di atas 70%, mengingat persaingan semakin ketat dan tuntutan pelanggan. Keenam kota itu juga merupakan hasil pemangkasan dengan menutup empat kota tujuan di Eropa meliputi Madrid, Viena, Munich, dan Berlin.

Selain itu, Garuda Indonesia memangkas perhentian di Abu Dhabi, dari sebelumnya 16 kali menjadi 6 kali saja, karena posisinya dinilai jauh dari stasiun pendukung suku cadang yang berada di Jakarta dan Eropa. Sebagai gantinya, Garuda Indonesia menggunakan Singapura sebagai tempat perhentian menuju ke kota-kota Eropa, khususnya penerbangan musim dingin. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)