Tanggal 9 Februari 1942 atau tepat 80 tahun yang lalu, Batavia diserang dari udara untuk pertama kalinya oleh pasukan udara Jepang. Ibukota Hindia Belanda ikut merasakan “api dan pelor” dari Perang Pasifik yang dimulai sejak bulan Desember 1941. 

Cuplikan berita utama di koran Sin Po tanggal 10 Februari 1942 melukiskan keadaan itu. Dalam berita itu tertulis bahwa Jepang menyerang Batavia tepatnya ke arah Bandara Internasional Kemayoran dan Pangkalan Angkatan Udara Cililitan dengan menggunakan 6-8 pesawat tempur Type Navy-O, atau yang dikenal sebagai Mitsubishi A6M2 Zero. Ditambah lagi dengan korban tiga orang dan sembilan luka ringan serta mengklaim 1-2 pesawat musuh berhasil ditembak jatuh.

Faktanya penyerangan terhadap target-target utama di Batavia sendiri pada tanggal tersebut merupakan serangan pemanasan ke sebelah barat Pulau Jawa setelah sebelumnya menyerang wilayah timur. Dalam operasi ini, Angkatan Laut Kekaisaran Jepang mengerahkan 16 pesawat tempur Zero ditambah dua unit pesawat pemandu/pengintai Mitsubishi C5M2 dari 22nd Koku Sentai, seluruhnya lepas landas dari Kuching, Malaysia. Dalam penyerangan itu, Jepang mengklaim menghancurkan/menembak jatuh 12 pesawat terbang Sekutu dengan korban satu Zero, ditembak meriam anti pesawat. 

Serangan-Udara-Pertama-di-Atas-Batavia-1

Berdasarkan beberapa referensi, Komando ABDA (America British Dutch Australia) memang gagal mengantisipasi serangan mendadak ini, empat pesawat tempur Brewster Buffalo milik ML (Militaire Luchtvaart) berhasil diterbangkan walau tiga di antaranya ditembak jatuh saat lepas landas. Lainnya lima unit Buffalo dihancurkan di darat, termasuk pula tiga unit pesawat pembom Glenn Martin (Baca: Martin B-10, Protektor Hindia Belanda), dua pesawat latih sayap ganda Koolhoven F.K.51, dan beberapa pesawat tempur RAF (Royal Air Force).

Berikutnya Jepang melaksanakan serangan udara utama yang berlangsung pada tanggal 19 Februari dengan target utama adalah pangkalan pesawat-pesawat pemburu ML di Semplak dan Andir yang menggunakan Cililitan dan Cisauk sebagai tempat mendarat darurat. Yang menyerang bukan Angkatan Laut, melainkan Angkatan Darat Jepang dari 3rd Hikoshidan yang lepas landas dari Palembang dengan mengerahkan pesawat pembom Kawasaki Ki-48 Sokei dikawal pesawat tempur Ki-43 Hayabusha.

Setelah pertempuran ini, praktis wilayah sebelah barat Pulau Jawa hanya tersisa sedikit sekali armada pesawat kombatan untuk menghadapi invasi Jepang. Tanggal 23 Februari ABDA dibubarkan. Pendaratan pasukan Jepang tidak terhindarkan dan akhirnya Hindia Belanda resmi menyerah pada tanggal 8 Maret 1942. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)