Bombardier (dulu Canadair), pabrik pesawat asal Kanada menganggap Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki hutan luas sebagai pangsa pasar potensial bagi pesawat amfibi/pemadam kebakaran CL-415 buatannya.

Sebelumnya Bombardier telah melakukan demo terbang CL-415 di Jakarta pada tahun 1990-an, berlanjut lagi pada tahun 2002 tepatnya pada tanggal 1 April sebagai bagian dari Bombardier 415 Asia Pasific Tour. Sama seperti sebelumnya, selain demo terbang, diperlihatkan pula kemampuan lepas landas dan mendarat di laut serta kemampuan menyiduk air dari laut dan menjatuhkannya di sepanjang Pantai Ancol. Kemampuan CL-415 sebagai water bomber ini disaksikan langsung oleh perwakilan dari instansi TNI (Tentara Nasional Indonesia), Kepolisian, Bea Cukai, Departmen Kehutanan, Departemen Pertahanan, PT. DI (Dirgantara Indonesia), dan beberapa maskapai carter.

CL-415 yang bermesin turboprop Pratt & Whitney PW123AF, merupakan pengembangan sebelumnya dari CL-215 yang bermesin piston, telah mendapat jumlah pesanan yang lumayan banyak, khususnya sebagai pesawat pemadam kebakaran. Dalam 12 detik saja, pesawat ini sanggup menyedot 6.000 liter air lewat dua lubang kecil di bawah perut pesawat yang disebut scoop. Selain itu kemampuan operasional di darat juga tidak kalah hebat, dapat beroperasi di landasan pacu (runway) sepanjang 650 meter saja.

Bombardier CL-415 Super Scooper beregistrasi C-GILN saat berada di Bandara Halim Perdanakusuma. Pesawat amfibi serbaguna dengan tugas primer sebagai pesawat pemadam kebakaran.

Dengan alat scoop, CL-415 sanggup menciduk air sampai 6.000 liter dalam waktu 12 detik. Kemampuannya ditunjukan di perairan Ancol, Jakarta Utara.

Kemampuannya sebagai water bomber juga ditunjukan di perairan Ancol. CL-415 cocok untuk menjaga wilayah Indonesia dari kebakaran hutan dan lahan di musim kemarau.

CL-415 walaupun utamanya sebagai pesawat pemadam kebakaran, yang tentunya ideal dengan kondisi di Indonesia di mana sering terjadi kebakaran hutan di musim kemarau di Pulau Sumatra dan Kalimantan, dapat pula didayagunakan sebagai SAR (Search and Rescue), pesawat patroli laut untuk menghadapi polusi tumpahan minyak, pencurian ikan, dan penyelundupan, dan juga sebagai pesawat angkut penumpang dan kargo. Khusus untuk versi patroli maritim, CL-415 dilengkapi peralatan radar, FLIR (Forward Looking Infra Red), dan SLAR (Side Looking Airborne Radar). Sedangan CL-415 versi standar sebagai water bomber sudah dilengkapi EFIS (Electronic Flight Instrument System).

Di wilayah Asia Tenggara, saat ini hanya Malaysia mengoperasikan CL-415 sementara Thailand menggunakan “kakaknya” CL-215 sejak tahun 1978. Pada tahun 2019 tersiar kabar bahwa TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) telah menjatuhkan pilihan pada CL-415 setelah bersaing ketat dengan Beriev Be-200 buatan Rusia. Pesawat yang terpilih merupakan pengembangan dan konversi lebih lanjut buatan Viking Air yang disebut CL-415 EAF dan CL-515. Diharapkan sebanyak tujuh unit terdiri atas satu CL-415 EAF dan sisanya CL-515 sudah diterima dan dioperasikan di Indonesia pada tahun 2024. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)