Seperti angsa anggun yang membentangkan sayapnya dan terbang ke penjuru dunia, begitulah kira-kira maksud tersirat dari iklan maskapai flag carrier Belanda, KLM (Koninklijke Luchtvaartmaatschappij) yang dimuat di Majalah Angkasa No. 10 Juli 1995.

Sebenarnya kalau membaca lebih lanjut isi iklan, malah condong mempromosikan Bandara Internasional Schiphol, Amsterdam sebagai salah satu hub tersibuk di Eropa. Meskipun demikian patut diakui kalau dilihat lagi dari sejarahnya, Schiphol dan KLM saling terkait dan saling mendukung satu sama lain sejak dari awal dibangun dan berdiri.

Sepertinya sah-sah saja sepertinya jika iklan ini menampilkan KLM sekaligus Schiphol, sebagai satu entitas yang tak terpisahkan. Pada kalimat utamanya, setiap hari lewat Amsterdam menyediakan sampai 169 destinasi dengan 22 destinasi di antaranya ke negara-negara Eropa plus delapan destinasi ke negara-negara Skandinavia.  Sebagai tambahan, dipromosikan pula Schiphol sebagai tax free shopping. Bandara ini memang telah terkenal menjadi surga penjualan barang-barang mewah tanpa pajak. Bahkan di iklan tidak ragu-ragu menyebut Schiphol sebagai duty free department store!

Tidak hanya hanya pengunjung dan penumpang pesawat, pilot dan kru pesawat maskapai sering memanfaatkan barang-barang yang dijual di duty shop Schiphol sebagai pekerjaan sambilan, membeli barang-barang mewah yang tidak dijual di negaranya, lantas dijual dengan harga retail. Bisa juga bekerjasama dengan toko retail. Selisih harga atau komisi yang didapatkan cukup lumayan.

KLM-Membentangkan-Sayapnya-1

Pekerjaan sambilan ini disebut ngobyek dan sudah dipraktekan sejak lama. Dilakukan pula oleh pilot dan awak kabin GIA (Garuda Indonesian Airways)/Garuda Indonesia yang berdinas terbang ke Eropa. Apalagi saat dipimpin oleh Direktur Utama Wiweko Soepono di mana gaji yang diterima tidak mencukupi sehingga ngobyek mau tidak mau menjadi sumber pemasukan tambahan.

Barang-barang mewah yang menjadi sasaran ngobyek adalah barang elektronik merk Philips, selain parhum merk terkenal asal Eropa. Kasus ngobyek mencuat dan menjadi pemberitaan hangat di media massa pada tahun 1990-an di mana salah satu pilot Garuda Indonesia membawa barang ilegal ekstasi dalam jumlah banyak.

Walaupun masih sebagai salah satu hub utama dan tersibuk di Eropa, saat ini Schiphol tergesar posisinya sebagai surga tax free shopping oleh Bandara Internasional Dubai dan Changi. Era ngobyek juga berakhir karena barang-barang mewah sudah terjangkau oleh masyarakat umum dan dengan mudah dibeli di toko-toko retail. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)