Majalah Angkasa No. 11 Agustus 2006 memuat cerita pemotretan formasi pesawat FFA (Flug-und Fahrzeugwerke Altenrhein) AS.202 Bravo milik Skadik (Skadron Pendidikan) 101 TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) di atas Jawa Tengah.

AS.202 Bravo merupakan pesawat LM (Latih Mula) yang sudah digunakan TNI-AU sejak tahun 1981 (Baca: Kedatangan AS202 Bravo). Dengan bermesin piston tipe Lycoming 150 hp (horse power), pesawat berkursi ganda bersisian (side by side) ini suaranya memang jauh dari hinggar bingar layaknya pesawat tempur jet. Walaupun demikian, saat melaksanakan formasi terbang dalam jumlah banyak, secara visual AS.202 Bravo terbukti cukup spektakuler.

Dipotret oleh Agus Suprato dengan menggunakan helikopter Eurocopter EC120 Colibri milik Skadron 7, sebanyak 12 unit AS.202 Bravo melaksanakan terbang formasi dari Pangkalan Angkatan Udara Adisumarmo, Solo ke Adisucipto, Yogyakarta, setelah pagi harinya melaksanakan latihan terbang navigasi jarak jauh ke Malang.

Satu per satu pesawat latih mula AS.202 bergerak pelan menuju landasan pacu Adisumarmo, Solo, untuk pulang ke Adisucipto, Yogyakarta.

Sebanyak 12 unit plus satu cadangan, AS.202 menunggu giliran lepas landas. Pemotretan ini dilakukan dari helikopter Colibri. 

Suaranya tidak menggelegar layaknya pesawat tempur jet, namun dari pesawat inilah, calon pilot TNI-AU dilatih.

AS.202 Bravo terbang dengan latar belakang kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta sebagai bagian dari latihan rutin calon pilot TNI-AU.

Spektakuler! Dengan warna putih kontras dengan warna hijau persawahan, formasi 12 AS.202 Bravo seperti kumpulan merpati yang kembali ke kandangnya.

Foto bersama grup pilot formasi 12 AS.202 Bravo. Menyiapkan dan mengoperasikan pesawat sebanyak ini merupakan prestasi tersendiri bagi Skadik 101.

Pada tanggal 18 Mei 2006, pemotretan formasi AS.202 Bravo pimpinan Mayor Udara Chandra Siahaan ini dilaksanakan pada pukul 13.25. Seluruh pesawat lepas landas dari Solo dan mendarat di Yogyakarta pada pukul 14.30. Dengan badan dan sayap pesawat yang didominasi warna putih, AS.202 Bravo tampak seperti kumpulan merpati yang hendak kembali ke kandangnya.

Sebagai catatan pada saat itu TNI-AU masih terkendala masalah teknis, anggaran, dan embargo suku cadang. Di antara skadron-skadron TNI-AU lainnya, hanya Skadik 101 yang sanggup menyiapkan sampai 12 pesawat plus satu pesawat cadangan, atau berfungsi penuh sebagai satu skadron. Kesiapan dan operasional penerbangan ini diabadikan dalam bingkai kamera, menjadi bukti otentik dan dokumentasi berharga bagi Skadik 101. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)