Satud (Satuan Udara) Tani pernah mengoperasikan empat unit pesawat ringan bermesin tunggal PZL-104 “Gelatik” untuk menghadapi hama tanaman, salah satunya beregistrasi ST-1410.
“Gelatik” merupakan pesawat ringan bermesin Continental 250 hp (horse power) merupakan PZL-104 Wilga asal Polandia, dimodifikasi khusus oleh Nurtanio, sebagai program tahap berikutnya membangun pesawat secara massal berdasarkan lisensi yang dilakukan oleh LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan). Nama “Gelatik” sendiri merupakan nama pemberian Presiden Soekarno, dengan harapan pesawat ini digunakan secara luas untuk membantu produksi pangan dan perkebunan di Indonesia (Baca: Gelatik, Tahap Awal Produksi Pesawat Terbang di Indonesia).
PZL-104 “Gelatik” ST-1410 Museum Satria Mandala, klik gambar untuk lebih detail.
Dengan “senjata utamanya”, tabung fiberglass di belakang kokpit terhubung dengan saluran dan alat micronair di bawah sayap, ST-1410 yang berwarna kuning menyolok, malang melintang melaksanakan tugas pemberantasan hama dan penghijauan di Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, dan Maluku Utara. Selain untuk tugas pertanian, perkebunan, dan kehutanan, pesawat ini pernah digunakan untuk menyebarkan insektisida, menekan wabah demam berdarah di kota Semarang dan Manado pada periode tahun 1971-1978. Setelah pensiun pesawat ini disumbangkan dan menjadi koleksi Museum Satria Mandala, Jakarta sejak tahun 1983. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)