RAF (Royal Air Force) telah mengoperasikan pesawat latih turboprop Shorts Tucano, performa setara pesawat latih jet namun ekonomis dan ergonomis, seperti yang tampak pada iklan yang dimuat di Majalah Angkasa No.5 Februari 1991.

Tidak ada informasi resmi apakah Shorts Tucano juga ditawarkan ke pihak Indonesia sehubungan dengan iklan ini, namun dengan dioperasikannya pesawat latih jet tingkat lanjut, British Aerospace Hawk Mk.53 di TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara), penawaran dapat saja terjadi. Short Tucano sendiri sebenarnya bukan pesawat asli Inggris melainkan produk lisensi dari Embraer EMB 312 Tucano asal Brazil, setelah berhasil menang tender pengadaan pesawat latih mula dan menengah untuk menggantikan British Aircraft Co. Jet Provost pada tahun 1985.

Sebagai informasi, menjelang akhir tahun 1980-an, pesawat latih turboprop semakin populer, apalagi dengan performa dan kecepatannya mendekati pesawat jet, kisaran 400 knots (740 km/jam). Sudah pasti mesin turboprop lebih hemat bahan bakar dibandingkan mesin jet. Lebih lanjut lagi, produsen telah mengaplikasikan teknologi canggih seperti kokpit digital, jadi siswa pilot sangat dimudahkan dalam pencapaian ke tingkat karir berikutnya, entah ke pesawat tempur maupun ke pesawat angkut, termasuk helikopter. Benar-benar sesuai dengan kalimat promosinya, “…the right props.”

Shorts-Tucano-The-Right-Props-1

Saat itu, TNI-AU masih mengoperasikan pesawat AS.202 Bravo dan Beechcraft T-34C sebagai pesawat latih mula dan menengah. Masih terlalu jauh membeli Short Tucano atau pesaingnya Pilatus PC-9 yang juga telah mengadopsi teknologi glass cockpit. Satu-satunya pesawat berteknologi ini hanya General Dynamics F-16A/B Fighting Falcon yang baru saja diterima TNI-AU setahun yang lalu. Masih butuh sekitar satu dasawarsa lagi dan ternyata memang demikian adanya.

Pada akhirnya TNI-AU memang tidak memilih Shorts Tucano, melainkan KT-1B Wong Bee buatan KAI (Korea Aerospace Industry) pada tahun 2003. Secara desain memang keduanya sangat mirip dan cocok digunakan sebagai pesawat latih menengah dan lanjut. TNI-AU memang memiliki Tucano tapi dibeli dari Brazil, bukan dari versi latih melainkan versi serang darat dan COIN (Counter Insurgency) sebagai pengganti Rockwell OV-10F Bronco. Tucano versi ini diberi registrasi dan nama baru, EMB-314 Super Tucano, dibeli pada tahun 2012 untuk mengaktifkan kembali Skadron 21. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)