Tanggal 6 Oktober 2017 lalu menjadi tanggal terakhir operasional Boeing 747-400 milik Garuda Indonesia, sudah 23 tahun berkiprah sejak kehadirannya pada tahun 1994.

Boeing 747-400 menjadi kado bagi maskapai penerbangan Garuda Indonesia saat merayakan HUT (Hari Ulang Tahun) ke-45 yaitu pada tanggal 26 Januari 1994—HUT Garuda Indonesia versi Wiweko Soepono. Pesawat beregistrasi PK-GSG ini menjadi Boeing 747-400 pertama yang dimiliki Garuda Indonesia. Total ada tiga unit yaitu PK-GSG, PK-GSH, dan PK-GSI. Untuk yang terakhir ini merupakan eks Varig PP-VPG, disewa dari ILFC (International Lease Finance Corporation).

Bagi Garuda Indonesia, kehadiran pesawat badan lebar yang dijuluki Jumbo Jet ini memang bukan barang baru. Versi sebelumnya yaitu Boeing 747-200 diterima pada tahun 1980 saat masih bernama GIA (Garuda Indonesian Airways). Total ada enam unit versi-200 yang dimiliki.

Boeing-747-400-Garuda-Indonesia-3
PK-GSG menjadi Boeing 747-400 (747-4U3) pertama yang dioperasikan Garuda Indonesia. Total ada tiga unit yang dimiliki dan resmi berakhir pengoperasiannya pada tahun 2017.

Perbedaan antara dua versi Jumbo Jet ini adalah pada kru pilotnya yang cukup dua orang (747-200 membutuhkan tiga kru, pilot, kopilot, dan flight engineer), kokpit lebih canggih, dan jarak tempuh lebih jauh (13.340 km vs 8.510 km). Dari sisi fisik luar yang menonjol adalah pada sayapnya yang lebih panjang dua meter dari versi -200 dan dilengkapi winglet.

Boeing 747-400 dapat membawa penumpang lebih banyak, 420 penumpang dalam tiga kelas, setiap kursi di kelas First dan Business Class dilengkapi inflight entertainment berupa personal video sedangkan kelas ekonomi disediakan hiburan  televisi.

Tiga unit Boeing 747-400 diperuntukan menggantikan peran Jumbo Jet versi lama dan Douglas DC-10 yang bersiap dipensiunkan, dijagokan untuk melayani rute luar negeri jarak jauh ke Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Seharusnya Garuda Indonesia berencana memiliki enam unit lagi tapi  karena Boeing masih sibuk memenuhi pesanan, Direktur Utama Wage Moelyono memutuskan mencari alternatif lain yaitu McDonnell Douglas MD-11.

Sayangnya performa MD-11 tidak sesuai dengan harapan, bahkan kalah dengan DC-10 dan Boeing 747-200. Saat krisis ekonomi 1997/1998, tak ada ampun lagi, MD-11 yang baru beberapa tahun beroperasi segera dikembalikan kepada pemiliknya, sedangkan Boeing 747-200 dan DC-10 secara bertahap dipensiunkan. Boeing 747-400 selamat dari restrukturisasi armada Garuda Indonesia walaupun pesanan enam unit tambahan tidak jadi dilaksanakan.

Dengan kemampuan angkut “sapu jagat”, pesawat double-decker bermesin empat ini sangat diandalkan untuk rute gemuk dan penerbangan khusus seperti angkutan haji tahunan dan mudik. Boeing 747-400 juga pernah dipakai untuk evakuasi warga Indonesia dari Mesir saat Arab Spring, selain untuk mengangkut suporter tim sepak bola nasional saat final Piala AFF (ASEAN Football Federation) di Kuala Lumpur pada tahun 2010.

Selama operasionalnya hampir dua dekade itu, Boeing 747-400 tidak pernah mengalami kecelakaan fatal yang mengorbankan jiwa, hanya ada insiden. Salah satu insiden yang terkenal adalah saat roda pendarat utama di sebelah kiri sayap mengalami kemacetan dan tidak bisa dikeluarkan (jammed) saat hendak bersiap mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Tapi berkat kepiawaian kedua pilot, Jumbo Jet beregistrasi PK-GSH yang lepas landas dari Jeddah dan membawa 375 orang penumpang ini dapat mendarat dengan selamat.

Sebenarnya menjelang abad ke-21, nasib Boeing 747-400 tidak cerah. Alasannya karena telah hadir pesawat badan lebar bermesin dua yang performa dan kapasitas angkutnya  hampir sama bahkan lebih baik dibandingkan Boeing 747-400 yaitu Airbus A330-200/-300 dan Boeing 777-200/-300. Dengan hanya mengandalkan dua mesin, pastinya biaya operasional, perawatan, dan bahan bakar lebih hemat, hal-hal yang sangat disukai oleh operator.

Boeing-747-400-Garuda-Indonesia-2
Boeing 747-400—tepatnya 747-441, beda dengan lainnya 747-4U3—PK-GSI dengan livery Landor Inc. versi awal. Pesawat ini telah dijual ke Orient Thai menjadi HS-STB.

Perlahan namun pasti peran Boeing 747-400 semakin menurun apalagi diikuti dengan pertambahan umurnya. PK-GSI telah menjadi milik Orient Thai dan diberi registrasi HS-STB. PK-GSG berhenti dioperasikan pada awal tahun ini dan PK-GSH melakukan penerbangan terakhir, mengantar pulang jamaah haji dari Medinah menuju Makassar.

Masih belum ada berita lebih lanjut nasib PK-GSG dan PK-GSH yang saat ini berada di GMF (Garuda Maintenance Facility), tapi yang pasti era Jumbo Jet di Garuda Indonesia telah berakhir secara resmi lewat acara farewell dilaksanakan pada tanggal 9 Oktober 2017. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)