Film Perwira Ksatria adalah film yang diputar pada tahun 1991 dengan tema berbeda, yaitu kedirgantaraan militer dan mirip film Top Gun.

Dibintangi oleh pemeran utama Dede Yusuf (Ronaldi) dan Doni Damara (Prasojo), pembuatan Perwira Ksatria menjadi tantangan tersendiri bagi sutradara Norman Benny. Diakui Perwira Ksatria memang meniru Top Gun, apalagi tokoh Ronaldi dalam adegan film itu sangat menyenangi film dengan bintang utama Tom Cruise ini.

Selain itu Perwira Ksatria diproduksi untuk mempromosikan TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) dan alutsista (alat utama sistem senjata) yang dimilikinya era 1990-an, sekaligus pendidikan di AAU (Akademi Angkatan Udara). Perwira Ksatria juga ditujukan ke penonton remaja yang berminat menjadi pilot TNI-AU.

Mungkin baru kali pertama dunia perfilman di Indonesia mengambil gambar dari dek belakang Lockheed C-130 Hercules untuk memfilmkan adegan formasi BAe (British Aerospace) Hawk Mk.53. Selain Hawk, dimunculkan pesawat-pesawat milik TNI-AU lainnya seperti FFA AS-202 Bravo dan Beechcraft T-34C, karena kisah film ini terkait dengan cita-cita dan karir pemeran utama, merintis menjadi pilot pesawat tempur.

Muncul pula helikopter Sikorsky S-58T Twin Pack saat adegan SAR (Search & Rescue), ketika sang pemeran utama harus melontarkan diri (eject) dari Hawk. Tentunya film ini tidak lupa memamerkan dan mempromosikan pesawat tempur terbaru TNI-AU, General Dynamics F-16 Fighting Falcon.

Membuat film dengan tema dirgantara sangat rumit, ibarat kata harus menerbangkan kamera, apalagi kamera waktu itu masih berat, dengan mengandalkan film 35 mm. Pilot-pilot TNI-AU juga diajak menjadi juru kamera khususnya untuk adegan pertempuran udara (dogfight). Kreasi efek khusus (special effect) ditambahkan seperti pada adegan eject dan kecelakaan pesawat menabrak tebing gunung.

Perwira Ksatria mengandalkan instansi TNI-AU seperti Skuadron 15 dan Skuadron 3 yang bermarkas di Pangkalan Angkatan Udara Iswahyudi, Madiun. Selain itu PT. Angkasa Puri yang berada di bawah Yasau (Yayasan TNI-AU) menjadi penanggung biaya produksi sementara rumah produksi Studio 41 disewa menangani aspek sinematografi sekaligus distribusinya.

Sebagai catatan bukan kali ini saja PT. Angkasa Puri menangani film bertema dirgantara, ada Aksi Kalimantan, film kerjasama dengan sineas asal Cekoslovakia, Awan Jingga, mirip dengan Perwira Ksatria tapi lebih sempit cakupannya, serta Operasi Tinombala, film tentang kecelakaan pesawat MNA (Merpati Nusantara Airlines) di Gunung Tinombala, Sulawesi Tengah.

Sukseskah film ini ? Bagi mayoritas penonton Indonesia yang menyukai film bertema komedi slapstick dan horor, tentunya Perwira Ksatria sulit bersaing. Tapi setidaknya dengan tema langka dan berani keluar pakem dunia perfilman Indonesia, mendapat acungan jempol tersendiri apalagi di kalangan pecinta dirgantara di Indonesia. Bagi yang belum pernah menonton di layar lebar atau televisi, di kanal youtube Perwira Ksatria telah tersedia, diunggah oleh akun TNI Angkatan Udara berdurasi 1 jam 40 menit. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)