Di Indonesia sangat jarang ada buku yang membahas seluk beluk tipe pesawat, termasuk sekelumit sejarahnya, apalagi dari sudut pandang kolonialis.

Buku berjudul: Jejak Pesawat Terbang, Dinas Penerbangan Angkatan Laut Belanda di Hindia Belanda, 1918-1942 dengan tebal lebih dari 340 halaman mengisahkan tidak hanya seluruh tipe pesawat yang pernah dioperasikan oleh MLD (Marine Luchtvaart Dienst), namun juga kisah dan sejarah dibaliknya, termasuk pangkalan dan skuadron yang menaunginya. Padat dan komprehensif, tidak heran penulis buku ini, Yudi Supriyono membutuhkan waktu sampai sembilan tahun (terbit bulan November 2021).

MLD seperti namanya, merupakan sayap udara dari Koninklijke Marine, Angkatan Laut Kerjaan Belanda, menjadi kepanjangan tangan dari armada kapal-kapal perangnya. Dibentuk saat Perang Dunia I, tepatnya pada tahun 1917, perjalanan MLD tidak mudah, hanya bermodalkan beberapa unit float plane namun dengan tugas berat, tidak hanya untuk melindungi armada kapal dan perairan di wilayah Belanda, tapi juga koloni-koloninya.

Dari seluruh koloni, Hindia Belanda merupakan tantangan terberat, didominasi perairan tapi pesawat yang ada didominasi bermesin tunggal berpelampung yang riskan dari sisi keamanan terbang, terbatas jangkauannya, dan mengandalkan kapal pendukung untuk operasionalnya. Tapi teknologi penerbangan terus berkembang dan semakin maju, apalagi pertengahan tahun 1920-an merupakan era flying boat yang juga diadopsi oleh MLD, dapat terbang lebih lama, jangkauan terbang lebih jauh, dan dapat lepas landas/mendarat dari pelabuhan atau pangkalan pesawat amfibi yang sudah dibangun oleh MLD sejak kelahirannya. Perang Pasifik menjadi ujian terberat MLD, walaupun Hindia Belanda kalah, sayap Angkatan Laut Kerajaan Belanda mampu menunjukan kemampuannya dalam menghadapi kekuatan rakasasa Dai Nippon Teikoku Kaigun yang tak terbendung itu.

Buku ini membatasi MLD sampai menyerahnya Hindia Belanda kepada Jepang. Sebenarnya MLD masih terus berjuang melawan Jepang dari Benua Australia. Setelah Jepang menyerah dan Belanda kembali ke Hindia Belanda dimana kaum nasionalis telah memproklamirkan kemerdekaannya sebagai Republik Indonesia,  MLD aktif mengerahkan armada pesawatnya khususnya saat Agresi Militer I dan II. MLD juga terlibat saat Republik Indonesia menyatakan perang terhadap Kerajaan Belanda atas wilayah Papua yang terkenal sebagai Kampanye Trikora. Jadi kiprah MLD di Hindia Belanda/Indonesia sebenarnya sampai tahun 1963. Siapa tahu tema ini dapat menjadi pengembangan dan menjadi seri Jejak Pesawat Terbang untuk penerbitan berikutnya? Kita tunggu saja. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)