Salah satu maskapai penerbangan yang unik dan masih terus beroperasi sampai sekarang adalah PENAS (PN/Perusahaan Negara Aerial Survey) yang sekarang namanya menjadi PT. Survai Udara PENAS.

Maskapai ini bergerak di bidang pemotretan udara, lingkup usaha yang langka waktu itu. Berdiri pada tahun 1961 sebagai perusahaan negara, PENAS mengandalkan dua pesawat pembom versi pemotretan udara North American B-25 Mitchell (M-372 dan M-378) pinjaman dari AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia). Kedua pesawat modal awal ini digunakan sampai tahun 1968.

Selepas dipensiunkannya B-25 Mitchell, sebagai perusahaan negara yang mendapat dukungan penuh dari instansi pemerintah, lagi-lagi PENAS kembali mengandalkan pesawat militer yaitu Lockheed C-130B Hercules sebanyak tiga unit PK-VHA/ registrasi militer T-1308, PK-VHC/T-1305, dan PK-VHD/T-1301. Ketiga pesawat ini merupakan milik TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) yang dikaryakan di PENAS.

Awal 1970-an, PENAS mulai berusaha mandiri dengan mengandalkan pesawat sipil milik sendiri. Maka datanglah pesawat tipe Cessna 402B, Douglas C-47, Douglas DC-6, dan Dornier Do-28. Ditambah lagi dengan tipe Beech 200 Super King dan Beech 65 Queen Air pada awal 1980-an. Seiring dengan itu, status PENAS sebagai PN ditingkatkan menjadi Perum/Perusahaan Umum.

PENAS-Cessna-Dakota
Cessna 402B dan Douglas C-47/DC-3 Dakota merupakan tipe pesawat bukti kemandirian PENAS dengan tidak tergantung lagi dari TNI-AU.

Periode 1970-1980-an merupakan periode keemasan bagi PENAS, jasa pemotretan udara laku keras karena pemerintah Orde Baru sedang giat-giatnya melakukan eksplorasi tambang dan hutan, serta pembangunan di mana-mana. Perusahaan domestik di bisnis ini masih sedikit, tidak mengherankan PENAS disewa oleh berbagai pihak, mulai dari perusahaan swasta, instansi negara seperti Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional), dan instansi militer.

Selain pemetaan dan survei udara, sebagai bisnis sekundernya, PENAS juga menyewakan pesawat untuk angkut penumpang dan kargo, serta ikut bisnis perfilman nasional. Kiprah PENAS di industri layar lebar ini memang didukung aset kamera canggih miliknya. Terlebih lagi PENAS mampu melakukan pengambilan gambar dari udara (aerial shoot). Selain disewa oleh perusahaan film, PENAS juga ikut memproduksi, salah satu film karyanya adalah Pahlawan Goa Selarong (Pangeran Diponegoro).

Pada tahun 1991, Perum PENAS menjadi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) berorientasi laba sehingga berubah nama menjadi PT. Survei Udara PENAS. Usaha foto udara memang mengalami kemunduran mulai tahun 1990-an, salah satunya karena kehadiran jasa satelit komersial yang dapat menghasilkan foto dan hasil pemetaan sama baik kualitasnya.

Saat ini PT. Survei Udara PENAS tidak terlalu dikenal lagi sebagai maskapai penerbangan yang menyewakan jasa pemotretan udara. PENAS telah lama melakukan diversifikasi usaha sebagai ambulan udara, kargo udara, dan penyewaan pesawat. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)