Sebelum identik sebagai operator Sukhoi Superjet, Sky Aviation memulai karir penerbangan berjadwalnya dengan menggunakan pesawat turboprop Fokker F50 dan Boeing 737-300.

Maskapai yang lahir pada tahun 2010 ini memulai operasionalnya sebagai maskapai charter dengan mengandalkan pesawat Cirrus dan Cessna Caravan. Setahun kemudian ekspansi bisnis dan rutenya bertambah dengan mendatangkan lima unit Fokker F50 dan bulan Agustus 2012 mengoperasikan pesawat Boeing 737-300. Walaupun hanya punya satu unit, tergambar lewat iklan yang dimuat di Majalah Angkasa No. 2 November 2012 bahwa dengan Boeing 737-300 ini, Sky Aviation ingin menjadikan dirinya sebagai maskapai yang diperhitungkan di masa depan.

Di iklan itu selain tertera rute utama yang dilayani Boeing 737 yaitu Jakarta-Pekanbaru pp,, juga dipromosikan rute lainnya baik di wilayah Indonesia bagian barat dan timur serta Malaka, Malaysia. Dipromosikan pula inovasi asuransi Sky Protection yaitu program asuransi kecelakaan bagi setiap penumpang sejak tiket dibeli. Selain itu Sky Aviation juga bekerjasama dengan BreadTalk untuk menyediakan makanan saat terbang.

Iklan-Sky-Aviation-Limitless-Sky-Experience

Boeing 737-300 berkapasitas 130 penumpang dan berkonfigurasi dua kelas, kelas bisnis dan ekonomi ini tampaknya hanya sebagai “jembatan penghubung” bagi armada Sky Aviation untuk layanan rute jarak menengah sebelum hadirnya pesawat regional terbaru buatan Rusia, Sukhoi Superjet.

Walaupun sempat optimis, namun harapan jauh panggang dari api. Sky Aviation mengalami mismanagemen, inefisensi, dan akhirnya jatuh bangkrut sehingga berhenti beroperasi pada bulan Maret 2014. Managemen meminta pemerintah lewat departemen perhubungan agar diberikan tenggang waktu dua tahun untuk membenahi perusahaan. Harapan untuk menarik investor tambahan tidak berhasil, malah investor lama menarik diri. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)