Tepat 40 tahun yang lalu, pada tanggal 22 Januari 1984, Douglas DC-2 “Uiver” mendarat di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma. Penerbangan historis dengan nomor penerbangan (flight number) KL065 ini merupakan bagian dari perayaan 50th Uiver Memorial Flight.

Pada tahun 1934, flag carrier Belanda KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) baru saja menerima pesawat penumpang terbaru dan tercanggih pada masanya, DC-2. Untuk membuktikan kemampuan terbang jarak jauhnya, Direktur Utama KLM waktu itu, Albert Plesman mengutus pesawat beregistrasi PH-AJU dan diberi nosename “Uiver” ini ikut serta dalam lomba balap udara MacRobertson Trophy Air Race sejauh lebih dari 20.000 km, yang dimulai pada tanggal 20 Oktober 1934 melalui rute London-Melbourne.

Kemampuannya ternyata terbukti, “Uiver” atau Bangau dengan nomor peserta 44, berhasil menjadi juara kedua MacRobertson Trophy, atau juara pertama dari kategori pesawat non-balap, walaupun nasibnya malang, jatuh di Irak saat perjalanan pulang. KLM berniat mengulang peristiwa bersejarah ini, sekaligus sebagai bagian dari perayaan ulang tahunnya ke-65.

Penerbangan-Historis-Douglas-DC-2-Uiver-1DC-2 beregistrasi Amerika Serikat, NC39165 menjadi satu-satunya DC-2 yang laik terbang, disewa oleh KLM dari pemiliknya sebagai “Uiver” beregistrasi PH-AJU.

Penerbangan-Historis-Douglas-DC-2-Uiver-2NC39165 yang sudah dicat ulang dengan livery “Uiver” terbang di atas Casey, Carolina Selatan, Amerika Serikat sebelum dikirim lewat laut ke Belanda.

Persiapan dilakukan sejak tahun 1982, dengan tugas pertama dan utamanya mendapatkan pesawat DC-2. Berbeda dengan “adiknya” DC-3 pada saat itu masih banyak yang diterbangkan, DC-2 justru sebaliknya, hanya empat unit yang ada di dunia, dan hanya satu yang laik terbang!  Pemilik pesawat tersebut adalah seorang profesor ilmu fisika yang mengajar di Universitas Columbia, Amerika Serikat bernama Colgate W. Darden III.

KLM bernegosiasi dan menyewa pesawat dari pemiliknya. Tentunya sebelum bertugas, DC-2 bernomor registrasi NC39165 harus di-overhaul secara besar-besaran. Pelaksanaannya dilakukan di Hanggar 8, Bandara Internasional Schiphol pada bulan September-Oktober, dan pada bulan November berhasil melakukan uji terbang.

Penerbangan-Historis-Douglas-DC-2-Uiver-3Manajemen dan petinggi KLM menyempatkan berpose dengan lukisan “Uiver” dengan latar belakang “Uiver” replika yang sedang di-overhaul.

Penerbangan-Historis-Douglas-DC-2-Uiver-4Sebelum melaksanakan penerbangan historis, “Uiver” replika di-overhaul di Hanggar 8 milik KLM di Bandara Internasional Schiphol selama sebulan.

Berikutnya KLM merekrut kru, terdiri atas: Flight Engineer Ton Degenaars dan Bonne Pijpstra, serta Capt. Fred Schoutern sebagai kopilot dan Capt. Jan Plesman sebagai Pilot in Command. Nama yang terakhir merupakan cucu dari Albert Plesman. Penerbangan ini membawa enam penumpang dan 550 kg kargo, sebagian besar penumpangnya adalah kru film NOS (Netherlands Broadcasting System) yang bertugas mendokumentasikan dan memfilmkan perjalanan “Uiver”.

Penerbangan historis pastinya diusahakan otentik. Oleh karena itu DC-2 dicat dengan livery KLM era 1930-an, bahkan kru yang menerbangkan juga mengenakan seragam KLM tempoe doeloe. Namun tetap saja ada perubahan mengingat situasi dunia sudah berubah.

Penerbangan-Historis-Douglas-DC-2-Uiver-5Kru penerbang historis DC-2 “Uiver”: (dari kiri ke kanan), FE Ton Degenaars, Capt. Jan Plesman, FE Bonne Pijpstra, dan Capt. Fred Schoutern.

Penerbangan-Historis-Douglas-DC-2-Uiver-6Pukul 14.00 pada tanggal 18 Desember 1984 dimulailah penerbangan historis “Uiver” dari Bandara Internasional Schiphol, Belanda.

Misalnya saja penerbangan dimulai di Duxford bukan di Mildenhall.  Rute ke Iran digantikan Abu Dhabi karena lapangan terbang Jask sudah tidak ada dan sedang berkecamuk Perang Irak-Iran. Sedangkan di Indonesia, rute ke Rambang, Nusa Tenggara Barat ditiadakan, dialihkan ke Bandara Selaparang, Pulau Lombok.

Sulit menyamakan rute sampai 100%, namun setidaknya sebagian besar masih sama. Ketidak otentikan lainnya adalah demi keamanan dan keselamatan terbang, pesawat telah dilengkapi peralatan radio dan navigasi modern. Lainnya akomodasi hotel bagi kru dan penumpang yang pastinya tidak sama seperti pada tahun 1934, tapi tentunya jauh lebih baik.

Penerbangan-Historis-Douglas-DC-2-Uiver-7

Rute penerbangan historis “Uiver”. Tidak 100% seperti aslinya karena banyak perubahan situasi dunia namun diusahakan tetap otentik.

Setelah selesai persiapan maka dimulailah rute panjang melalui banyak negara yang dimulai pada tanggal 18 Desember 1983. Selama bulan Desember, “Uiver” terbang melalui negara-negara: Belanda (Schiphol)-Inggris (Mildenhall)-Perancis (Marseille)-Italia (Roma)-Yunani (Athena)-Siprus (Larnaca)-Suriah (Aleppo dan Damaskus)-Kuwait-Abu Dhabi-Oman (Muscat)-Pakistan (Karachi). Lanjut pada bulan Januari 1984 ke negara-negara: India (Jodhpur, Allahabad, dan Calcutta)-Myanmar (Rangoon)-Thailand (Bangkok)-Malaysia (Alor Setar-Kuala Lumpur).

Pada tanggal 13 Januari 1984, “Uiver” mendarat di Bandara Internasional Changi, Singapura dan menjadi salah satu bintang dalam pameran dirgantara Asian Aerospace. Baru pada tanggal 22 Januari 1984 sekitar pukul 12.00 WIB (Waktu Indonesia bagian Barat), “Uiver” tiba di Jakarta dan mendarat di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma, sebagai pengulangan sejarah sebelumnya 50 tahun yang lalu mendarat di lapangan terbang Tjililitan, Batavia.

Penerbangan-Historis-Douglas-DC-2-Uiver-8 Kedatangan “Uiver” di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma disambut meriah oleh masyarakat dan media. Tampak pesawat Gelatik milik FASI menarik banner bertuliskan “Welcome Uiver”.

Video penerbangan historis DC-2 “Uiver” saat mendarat di Bandara Internasional Halim Perdanakusuma pada tanggal 22 Januari 1984.

Penyambutannya sangat meriah, disambut oleh media massa dan masyarakat. Tidak ketinggalan FASI (Federasi Air Sport Indonesia) ikut memeriahkan acara dengan menerbangkan DC-3 “Seulawah” untuk mengawal penerbangan Uiver dan dua unit pesawat PZL-104 Gelatik, di mana salah satunya menarik spanduk terbang bertuliskan  “Welcome Uiver”.

Dari Jakarta, “Uiver” melanjutkan perjalanan ke Lombok (Selaparang) dan Kupang sebagai batu loncatan ke  Australia, dan tiba di Darwin pada tanggal 28 Januari 1984. Dari sana lanjut ke kota-kota: Cloncurry-Charleville-Albury, dan akhirnya sampai ke kota tujuan Melbourne pada tanggal 7 Februari 1984.

Penerbangan-Historis-Douglas-DC-2-Uiver-9Piring keramik sebagai cendra mata penerbangan historis London-Melbourne DC-2 “Uiver” dan peringatan MacRobertson Trophy Air Race yang ke-50.

Penerbangan-Historis-Douglas-DC-2-Uiver-10Replika “Uiver” yang melaksanakan penerbangan historis rute London-Melbourne pada tahun 1984, saat ini menjadi koleksi museum penerbangan Aviodrome, Lelystad, Belanda.

Penerbangan historis ini butuh waktu lebih lama dari penerbangan aslinya yang memakan waktu 90 jam 17 menit saja, atau tiga hari 18 jam 13 menit. Lebih lama karena “Uiver” versi replika harus patuh dengan aturan penerbangan, melalui koridor udara yang ditetapkan, dan izin yang diberikan oleh negara-negara yang dilalui. Ditambah lagi kru NOS membutuhkan waktu sehari atau dua hari untuk melaksanakan dokumentasi dan publikasi. Selain itu “Uiver” menjadi tamu undangan dalam acara pameran dirgantara di Singapura selama lebih dari seminggu.

Walaupun demikian kecepatan dan waktu terbang bukan tujuan utama. Terpenting adalah penerbangan historis rute London-Melborne berhasil dituntaskan tanpa insiden. DC-2 “Uiver” ini nantinya dipulangkan lewat laut dan diabadikan menjadi koleksi museum penerbangan (luchtvaartmuseum) Aviodrome, Lelystad, Belanda sejak tahun 1999. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)