VVC (Vrijwillige Vliegers Corps) atau Korps Penerbang Sukarela adalah organisasi perekrutan untuk mendapatkan secara cepat pilot-pilot militer generasi baru menjelang Perang Pasifik.

Situasi yang sama dihadapi oleh Inggris ketika Battle of Britain, bagaimana cara mendapatkan kekurangan pilot pada saat yang genting itu. Salah satu cara termudah adalah merekrut pilot dari klub terbang.

Menjelang akhir 1930-an, mobilisasi telah dilakukan terhadap klub terbang (VC/Vliegclub) yang tersebar di Jawa dan Sumatra. Pesawat dan pilotnya direkrut sebagai kekuatan cadangan. Mobilisasi ini dilakukan setelah melihat gelagat militer Jepang di Asia yang semakin mengkhawatirkan. Ditambah lagi setelah Belanda dikuasai Jerman pada bulan Mei 1941 dan pemerintah pengasingan Belanda di London menginstruksikan kepada pemerintah kolonial di negara-negara jajahannya khususnya Hindia Belanda untuk bersiap perang.

Pimpinan VC Batavia yang sekaligus menjabat sebagai pimpinan pilot maskapai penerbangan KNILM (Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij), Wittert van Hoogland ingin bertindak lebih jauh lagi, kenapa tidak sekalian membentuk organisasi pelatihan pilot untuk ML (Militaire Luchtvaart/ Angkatan Darat) dan MLD (Marineluchtvaartdienst/Angkatan Laut), apalagi Hindia Belanda telah memperoleh sumbangan dari masyarakat untuk membeli tambahan pesawat lewat NILF (Nederland Indisch Luchtvaart Fonds).

VVC PosterPoster perekrutan calon pilot militer VVC.

Gayung pun bersambut, dibentuklah VVC, mulai membeli pesawat latih, merekrut instruktur dari ML dan MLD, dan menyebarkan poster perekrutan. Para calon pilot tidak hanya dari kalangan keturunan Belanda melainkan juga laki-laki pribumi berumur 17-27 tahun. Hal terakhir ini merupakan terobosan, beda dengan sebelum pecah perang yang mendiskriminatif pribumi untuk dilatih sebagai pilot.

Pesawat latih yang dibeli adalah de Havilland Tigermoth, pertimbangannya karena murah, mudah diterbangkan, dan dirawat. Terlebih lagi Australia membeli dalam jumlah besar sehingga lebih praktis, pesanan dapat dititipkan bersama-sama.

Total pesawat ada 48 unit, mulai tiba pada bulan Juli 1941, diberi registrasi sipil PK-Vxx karena korps ini adalah organisasi sipil dengan diberikan subsidi operasional dari pemerintah Hindia Belanda sebesar 1 juta gulden per tahun. VVC mulai beroperasi dan melatih kadet pilot pada 14 September 1941, dan pesawat-pesawatnya disebar ke Batavia (Kemayoran dan Cililitan), Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Malang, Balikpapan, dan Medan.

Pelatihan di VVC sebenarnya tidak terlalu efektif  walaupun diklaim telah meluluskan 85 kadet. Bulan Januari 1942 saja atau sebulan setelah pecah Perang Pasifik, banyak instruktur ML dan MLD hengkang dari VVC untuk bertugas di skadronnya masing-masing.

VVC-2
Inagurasi/pembukaan pelatihan VVC pada September 1941, dimeriahkan oleh flypass pesawat amfibi Dornier Do-24 milik MLD dan pesawat tempur Brewster Buffalo milik ML-KNIL.

Pemerintah dan militer Hindia Belanda lantas menginstruksikan kadet-kadet VVC terbang dengan Tiger Moth untuk mengungsi ke Darwin, Australia. Para kadet-kadet pilot ini setelah Hindia Belanda jatuh ke tangan Jepang, dikirim ke Jackson, Mississipi, Amerika Serikat untuk mengikuti pendidikan terbang lanjutan.

Setelah resmi menjadi pilot militer, mereka kembali ditugaskan ke Australia untuk menyerang kedudukan Jepang di Hindia Belanda dan akhirnya kembali menginjakan kaki di Nusantara saat Jepang resmi menyerah kepada Sekutu pada bulan Agustus 1945. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)