Foto pesawat berbendera Nazi yang mendarat di Bali ini sempat terkenal dan mengkait-kaitkan keberadaan partai Nazi di Hindia Belanda. Walaupun ada kaum ekspatriat Nazi era 1930-an di Hindia Belanda, tapi tidak terkait dengan keberadaan pesawat ini.

Dipotret oleh seniman/fotografer asal Swiss, Theo Meier pada bulan Januari 1938, dari bentuknya pesawat ini adalah tipe Arado Ar 79, tipe pesawat sport berkapasitas dua tempat duduk dan bermesin tunggal. Dari registrasinya D-EHCR, pesawat ini adalah pesawat prototipe kedua (yang pertama beregistrasi D-EKCX).

Pada tahun 1930-an atau yang sering disebut era Emas Penerbangan (Golden Age of Aviation) memang banyak pesawat dilombakan untuk memecahkan rekor khususnya penerbangan jarak jauh, sekaligus promosi untuk dijual. Arado Ar 79 adalah salah satunya, bertekad memecahkan rekor penerbangan rute Berlin-Sydney pp. dengan melewati beberapa negara di antaranya Hindia Belanda.

Sebagai catatan sejak Hitler menjadi kanselir Jerman dan partai Nazi menguasai parlemen, seluruh pesawat milik Jerman diganti benderanya dengan bendera Nazi, warna merah dengan lambang swastika hitam, sebagai sarana propaganda ke seluruh dunia.

Pesawat ini sempat singgah di Medan, Batavia, dan Surabaya sebelum mendarat di Buleleng, Bali untuk melanjutkan penerbangan ke Australia. Pesawat yang diterbangkan oleh pilot Jerman terkenal Kapten Horat Pulkowski dan Letnan Rudolf Jennet ini kembali menuju Berlin dari Sydney melewati Surabaya dan Balikpapan sebelum menuju ke Thailand dan berikutnya ke India, Timur Tengah, dan kembali ke Eropa.

Ar96 1.jpgGuntingan berita mengenai perjalanan Arado Ar 79 D-EHCR

Dalam ekspedisi udara ini, kedua pilot berhasil memecahkan rekor terbang terjauh dalam kategori pesawat bermesin satu dan bersayap tunggal, menempuh jarak lebih dari 6.000 km dari Benghazi, Libya menuju Gaya, India. Sayangnya Pulkowski tewas pada tanggal 10 Februari 1938 di India saat pesawat yang digunakannya ini mengalami kecelakaan dalam perjalanan pulang.

Arado Ar 79 sama seperti pesawat Jerman lainnya menjadi contoh kebangkitan AU Jerman (Luftwaffe), disamarkan sebagai pesawat sipil dan untuk tugas sipil (pesawat olah raga dan angkut penumpang) karena terkait dengan Perjanjian Versailles 1919. Berikutnya teknologi dan desain yang diterapkan pada pesawat itu akan dikembangkan menjadi pesawat militer saat perjanjian pembatasan militer Jerman mulai dilonggarkan pada tahun 1933.

Salah satu contoh pesawat tempur terkenal Nazi yang menggetarkan langit Eropa saat Perang Dunia II adalah Messerschmitt Bf 109 yang mengambil sebagian besar desainnya dari pesawat Bf 108 Taifun. Arado Ar 79 diambil desainnya untuk pengembangan prototipe pesawat tempur Arado Ar 80, tapi sayangnya kalah bersaing oleh Bf 109 untuk menjadi pesawat tempur utama Luftwaffe. Walaupun demikian Nazi masih menggunakan rancangannya untuk memproduksi pesawat latih lanjut Arado Ar 96 yang dipakai oleh negara-negara Poros. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)