Versi dan pengembangan dari pesawat komuter tujuh penumpang, XT-400 buatan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) telah terpikirkan sejak awal didesain, baik untuk kebutuhan operator sipil maupun militer.

Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang XT-400, pesawat yang dijuluki Oplet Terbang oleh pimpinan LAPAN, Jacob Salatun ini berikutnya dikembangkan menjadi 11 penumpang dengan memperpanjang badan dan memasang mesin lebih bertenaga 325 tk (sebelumnya 250 tk). Hal ini merupakan pertimbangan sisi ekonomis bahwa dengan kapasitas tujuh penumpang saja, maskapai penerbangan atau operator sipil penggunanya hanya mendapatkan penghasilan impas.

XT-400-version
XT-400 versi awal dapat mengangkut tujuh penumpang+50 kg bagasi, diperpanjang badannya menjadi versi 11 penumpang.

Selain untuk mengangkut penumpang dan melayani rute kota kecil ke kota besar (feederline) dan penerbangan perintis, XT-400 dapat digunakan sebagai ambulan terbang, survei udara, dan angkut kargo murni. Semua itu dapat dilakukan dengan melepas dan mengkonfigurasi ulang tempat duduk sesuai dengan kebutuhan dan tugas.

XT-400-version-civil
Dari atas ke bawah, empat versi sipil XT-400 : angkut penumpang, ambulan udara, survei udara, dan angkut barang/kargo.

Untuk operator militer, XT-400 akan ditawarkan kepada TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara), TNI-AD (Angkatan Darat), dan TNI-AL (Angkatan Laut). Fungsi utamanya sebagai pesawat angkut ringan. Dengan mengubah atau melepas tempat duduk, XT-400 dapat difungsikan untuk tugas penerjunan pasukan dengan membawa tujuh prajurit yang diterjunkan lewat pintu samping belakang pesawat dan tugas dukungan pasukan darat serta COIN (COunter-INsurgency/anti gerilya), dipersenjatai dengan senapan mesin di pintu samping yang dilepas atau dari pintu belakang.

XT-400-version-military
Dari atas ke bawah, empat versi militer XT-400 : penerjunan pasukan, anti gerilya, pesawat komando dan penghubung, dan perang psikologis.

XT-400 dapat digunakan sebagai pesawat komando dan penghubung untuk operasi militer anti gerilya, dan tugas perang psikologi dengan memasang pengeras suara dan menyebar pamflet. Untuk versi badan lebih panjang berkapasitas 11 penumpang dan membawa lebih banyak bahan bakar, XT-400 dapat digunakan untuk tugas pengintai taktis dan patroli maritim.

Berkat teknologi mesin yang semakin bertenaga dan andal, maka pada tahun 1990-an hadir pesawat komuter berkapasitas 7-14 penumpang dengan mesin tunggal. Beberapa tipe pesawat tersebut adalah Gavilán 358 asal Brasil, GippsAero GA8 asal Australia, dan Cessna Caravan asal Amerika Serikat. Walaupun awalnya sempat diragukan terutama soal keamanan terbang—anggapan umum menyebut lebih banyak mesin maka lebih aman—tapi akhirnya banyak operator yang menggunakannya karena lebih murah harganya daripada pesawat komuter bermesin ganda, lebih hemat biaya perawatan mesin dan konsumsi bahan bakar.

XT-800-Universitas-Suryadarma
XT-800, XT-400 bermesin tunggal (atas) dan pandangan tiga sisi XT-800 (bawah), dirancang pada tahun 2008 oleh Suharto dan tim dari Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma.

Oleh karena itulah Suharto mendesain XT-800 sebagai versi mesin tunggal dari XT-400 pada tahun 2008. Tidak terlalu banyak perubahan dalam rancangannya, kecuali pada mesinnya yang hanya satu dan roda pendarat utamanya lebih konvensional, tidak ditempatkan pada sponson (stub wing). Selain itu pintu belakang di bawah ekor ditiadakan, diganti pintu belakang samping kiri berukuran lebih besar.(Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)