Lahir di Belanda, namun nama Walraven terkenal sebagai perancang pesawat di Hindia Belanda. Nasibnya tragis sama seperti karya-karyanya.

Bernama lengkap Laurens Walter Walraven, lahir di Amsterdam tanggal 11 Juni 1898 ini memulai karirnya sebagai perancang pesawat dengan cara menjiplak pesawat latih bersayap ganda terkenal Avro-504.

Tapi bintangnya baru bersinar saat hijrah ke Hindia Belanda dan bergabung di divisi teknik penerbangan LA-KNIL (LuchtvaartafdelingKoninklijk Nederlands Indisch Leger). Karya pertamanya adalah berhasil menjiplak sekaligus memodifikasi lebih baik pesawat intai-pembom de Havilland DH-9 di sebuah hanggar di lapangan terbang Sukamiskin, Jawa Barat periode tahun 1927-1928.

Dari sinilah Kapten De Pattist memintanya untuk membuat pesawat bersama. Lahirlah Pattist Walraven PW-1, pesawat olahraga bermesin tunggal pada tahun 1933. Pesawat beregistrasi PK-SAM (PK-SAM, Satu Registrasi Tiga Pesawat Berbeda) ini menjadi andalan klub terbang asal Bandung. Namun nasibnya tidak baik, setelah dua tahun beroperasi, pesawat yang dijuluki kapal ikan oleh penduduk setempat karena bentuknya itu jatuh akibat kerusakan mesin. Tidak ada korban jiwa, namun pesawat yang rusak parah ini tidak dibangun kembali karena Walraven sibuk membangun proyek berikutnya.

walraven-1
Gambar tiga sisi Walraven W-3 pengembangan W-2 yang berkapasitas empat orang. Sayangnya hanya sebatas rancangan tanpa direalisasikan karena gagal mendapatkan investor.

Proyek itu adalah W-2, pesawat bermesin ganda dibiayai oleh jutawan Khouw Khe Hien dengan pembuatan dilakukan di Andir, Bandung. Pesawat berkapasitas dua kru dan beregistrasi PK-KKH ini pada tahun 1935 berhasil terbang ke Eropa mengunjungi kota Amsterdam dan London dari Cililitan, Batavia (PK-KKH, Pesawat Pertama Buatan Bandung yang Menjelajah ke Eropa). Seharusnya W-2 dan versi lebih besar W-3 menjadi adikarya Walraven, namun gagal akibat ketiadaan investor. Nasib akhir W-2 yang berhasil terbang ke Tiongkok pada tahun 1937 dan dipamerkan di Bandara Kemayoran pada tahun 1940 ini tersimpan di salah satu hanggar di Andir dan hancur ketika Jepang menyerbu Hindia Belanda pada tahun 1942.

Setiap pesawat rancangan Walraven berbasis swayasa dengan berbasis kayu dan fabrik, sehingga biaya produksinya tergolong murah. Namun bukan berarti Walraven anti terhadap penggunaan bahan logam. Pesawat rancangan berikutnya adalah pesawat olahraga bermesin tunggal, berkapasitas dua orang, berkemampuan akrobatik penuh (full acrobatic) W-4, dibuat dengan kerangka pipa baja sehingga tahan gaya G yang tinggi serta aileron terbuat dari duraluminium sehingga lebih kokoh.

Pesawat W-4 beregistrasi PK-SAU diikuti pesawat produksi kedua PK-SAI terbang perdana masing-masing pada bulan September 1937 dan April 1938, menjadi andalan klub terbang Bandung. Sayangnya PK-SAI jatuh akibat kerusakan mesin dan menewaskan penumpangnya pada awal Desember 1939. Sedangkan PK-SAU masih digunakan sampai tahun 1941, kemungkinan nasibnya sama seperti W-2 PK-KKH, hancur akibat serangan udara Jepang.

walraven-2
W-4, pesawat olahraga berkemampuan aerobatik penuh di hanggar milik LA di Andir, Bandung. Ada dua unit yang dibuat Walraven, satu unit jatuh akibat kerusakan mesin, lainnya hancur akibat serangan udara Jepang.

Saat Jepang menguasai Hindia Belanda, Walraven menjadi tawanan bersama istri dan keempat anaknya. Dia menolak bekerjasama dengan pihak Jepang lalu diadili agar dicap bersalah melawan pemerintahan yang berkuasa. Di penjara, Walraven sempat mendesain W-5 dengan dua versi, pesawat olahraga dan tur udara. Pesawat dengan baling-baling menghadap ke belakang ini dihubungkan dengan ekor ganda (twin boom). Tidak ada informasi lebih lanjut ini karena Walraven menggambarnya di kertas tuntutan pengadilan terhadap dirinya ! Keterangan tentang aktivitasnya ini diperoleh berasal dari rekan sesama tawanan.

Seperti yang diduga sebelumnya, Walraven sebagai anggota KNIL diputuskan bersalah dan dikirim dengan kapal Takoma Maru ke Burma sebagai bagian pekerja paksa untuk membangun rel kereta api di sana. Selama perjalanan itu dia jatuh sakit karena disentri selama lima hari dan meninggal di kapal pada tanggal 6 November 1942. Jenazah Walraven dilarung ke laut sementara istri dan keempat anaknya baru dibebaskan dari kamp tahanan setelah Jepang menyerah pada tahun 1945.

Begitulah nasib tragis perancang pesawat bernama Walraven, sama seperti nasib pesawat rancangannya yang hilang dan tidak ada bekas-bekasnya lagi. Tapi setidaknya prestasinya didokumentasikan dengan baik sehingga nama Hindia Belanda dikenal di dunia penerbangan internasional. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)