Pesawat pembom dengan banyak pengalaman tempur di Indonesia, itulah North American B-25 Mitchell. AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) menerima 20-an unit pembom ini dari ML-KNIL (ML-KNIL (Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger) untuk membentuk Skadron Pembom 1 yang bermarkas di Cililitan, Jakarta (Halim Perdanakusuma sekarang).

AURI menggunakan pesawat bermesin piston Wright Twin Cyclone ini cukup lama, mulai dari tahun 1950 sampai pertengahan 1970-an ! Bahkan kehadiran Ilyushin Il-28 “Beagle” (“Beagle”, Pembom Jet Pertama Milik AURI) untuk operasi Trikora dan Dwikora, Mitchell tidak serta merta langsung dipensiunkan. Masih diikutkan dalam kedua kampanye militer itu karena teknisi AURI lebih siap dalam mengoperasikannya daripada pembom bermesin jet yang lebih rumit.

M-458 merupakan B-25 versi J artinya lebih condong sebagai pesawat serang darat daripada versi H atau pembom. AURI menerima kedua versi ini, ditambah versi angkut dan pemotretan udara. Ciri khas yang membedakan antara J dan H adalah di bagian hidung. Kalau versi pembom, hidungnya berlapis kaca sebagai tempat juru bom (bombardier), sedangkan versi serang darat, hidungnya didominasi delapan senapan mesin kaliber 12,7 mm.


North American B-25 Mitchell M-458 di Museum Satria Mandala, klik gambar untuk lebih detail.

Pesawat yang tergolong sebagai pembom medium (medium bomber) ini memang kaya akan senapan mesin, dari hidung ada delapan senapan mesin, masih ditambah sepasang lagi di sisi kanan-kiri kokpit, ditambah masing-masing satu lagi di bagian kanan-kiri pinggang pesawat. Terakhir di ekor, ada penembak ekor bersenjata sepasang senapan mesin. Semestinya masih ada kubah senapan mesin lagi di atas kokpit tapi biasanya dicopot agar tidak menimbulkan gaya hambat (drag) berlebihan. Baik versi pembom atau serang darat dapat dilengkapi bom di perutnya hampir satu ton dan masih ditambah lagi empat roket di masing-masing sayap.

M-458 menjadi koleksi Museum Satria Mandala sejak tahun 1976 dan termasuk salah satu pesawat berukuran besar dan bermesin ganda di museum milik gabungan ketiga angkatan ini. Saingannya hanya Douglas C-47/DC-3 Dakota eks Garuda Indonesia yang bercat Seulawah, Indonesian Airways yang disandingkan bersama di halaman belakang museum. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)