Ambisi para kru eks KNILM (Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij) yang praktis bubar setelah Hindia Belanda runtuh pada bulan Maret 1942, tentu saja menghidupkan kejayaannya kembali pada bulan Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu.

Tampaknya rencana berhasil, walaupun namanya bukan KNILM lagi melainkan tergabung dalam NIGAT (Netherlands Indies Government Air Transport). Para kru eks KNILM ini sebelumnya saat Perang Pasifik berhasil mengungsi ke Australia dan bergabung ke Skuadron Angkut 19 ML (Militaire Luchtvaart) untuk mendukung Sekutu melawan Jepang. Mereka menerbangkan armada Douglas C-47/DC-3 Dakota dan saat kembali ke Hindia Belanda mengoperasikan pula Douglas C-54/DC-4 Skymaster.

NIGAT-1
PK-DSC menjadi salah satu dari empat Douglas C-54/DC-4 Skymaster yang dimiliki NIGAT.

Modal kedua tipe pesawat ini dijadikan sebagai aset sebuah maskapai penerbangan setengah militer setengah sipil. Oleh karena itulah armada  pesawatnya diberi registrasi sipil PK tapi dioperasikan oleh kru dan awak kabin berseragam militer lengkap dengan kepangkatannya. Pimpinan NIGAT sendiri merupakan pimpinan eks KNILM yaitu TH.J. De Bruyn, masuk wajib militer dengan pangkat Letnan Kolonel.

NIGAT melayani rute-rute penerbangan di Hindia Belanda, Asia Tenggara, dan Australia yang sebelumnya dimiliki KNILM. Salah satu ambisi dan prestasinya adalah berhasil membuka dan melayani rute jarak jauh, Batavia-Los Angeles pada akhir tahun 1946 dengan C-54/DC-4 via Biak, Kwajalien, dan Honolulu. Rute ke Amerika Serikat ini tidak lain untuk mengangkut tentara Belanda yang saat Perang Dunia II dilatih di sana.

Akibat perang melawan pemerintah Republik Indonesia, membuat pemerintah Hindia Belanda pimpinan Gubenur Jenderal Hubertus Johannes van Mook dianggap sebagai penjajah yang ingin kembali mengambil daerah jajahannya. NIGAT juga ikut terkena imbasnya, sering ditolak beroperasi di negara-negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Di tambah lagi layanan rute-rute domestik NIGAT ke kota-kota besar di Hindia Belanda tidak efektif, terhambat akibat perang berkepanjangan dan tidak populer ini.

NIGAT-2
Salah satu prestasi terbesar NIGAT adalah membuka layanan Batavia-Los Angeles. Tampak pimpinan NIGAT, Letnan Kolonel TH.J. De Bruyn menyambut hangat para penumpang penerbangan perdana ini.

Akhirnya NIGAT hanya sebentar beroperasi, dibubarkan pada bulan Agustus 1947, dan seluruh aset dan krunya diserahkan kepada maskapai penerbangan KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij). C-54/DC-4 dipakai untuk melayani rute Amsterdam-Batavia dan rute-rute jarak jauh milik KLM lainnya, sedangkan armada Dakota dijadikan aset KLM untuk mendirikan KLM-IIB (Interinsulair Bedrijf).

Pasca perjanjian KMB (Konferensi Meja Bundar) pada tahun 1949, seluruh asetnya diserahkan kepada pemerintah Indonesia untuk dijadikan maskapai penerbangan GIA (Garuda Indonesia Airways) dan pendiriannya berdasarkan akta notaris Raden Kadiman no. 137 tertanggal 31 Maret 1950 (Baca : Penyerahan Aset Pesawat KLM-IIB ke GIA). (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)