Pesawat anti gerilya Rockwell OV-10F Bronco beregistrasi TT-1013 menjadi salah satu koleksi baru di halaman Museum Satria Mandala, Jakarta.

TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia-Angkatan Udara) memesan 16 unit Bronco dan mulai berdatangan pada tahun 1976. Awalnya Bronco menjadi bagian dari kekuatan Skadron 3 yang sebelumnya mengoperasikan North American P-51D Mustang dan Mustang II buatan Cavelier (Baca: Cavelier Mustang II F-347 – Museum Satria Mandala). Pada tahun 1990 Skadron 3 resmi menerima pesawat tempur General Dynamics F-16A/B Fighting Falcon, alhasil Bronco dimutasikan ke Skadron 1 yang saat Orde Lama mengoperasikan pesawat pembom North American B-25 Mitchell (Baca: B-25 Mitchell M-458 – Museum Satria Mandala).

Bronco ternyata masih pindah skadron lagi ketika British Aerospace BAe Hawk 100/200 memperkuat Skadron 1. TNI-AU menghidupkan kembali Skadron 21 pada tahun 2004 yang sebelumnya mengoperasikan pesawat pembom jet Ilyushin Il-28 “Beagle” (“Beagle”, Pembom Jet Pertama Milik AURI) sebagai tempat bernaung terakhir sisa-sisa Bronco pada tahun 2004 sebelum seluruhnya resmi dipensiunkan setelah kedatangan EMB 314/A-29 Super Tucano pada tahun 2012. 

Rockwell OV-10F Bronco TT-1013, Museum Satria Mandala, klik gambar untuk lebih detail.

Selain sebagai tipe pesawat yang sering berpindah skadron dan menjadi andalan Kopatdara (Komando Paduan Tempur Udara), Bronco yang bentuknya unik ini menjadi salah satu pesawat di arsenal TNI-AU yang kenyang dengan pengalaman tempur. Baru beberapa unit diterima, langsung dikirim ke medan pertempuran sesungguhnya di Timor Leste, menghadapi gerilyawan Fretilin! Dipersenjatai bom, roket, dan senapan mesin, Bronco menjadi pesawat serang yang legendaris, ditambah lagi dengan konstruksi yang kokoh dan andal, ditopang oleh mesin turbofan tipe Garrett, performanya benar-benar tidak mengecewakan. Tidak heran banyak yang menganggap Bronco sebagai the real COIN (Counter Insurgency) aircraft!

Khusus TT-1013 yang ada di Museum Satria Mandala, masih tergolong baru, dipasang pada tahun lalu di mana pembatasan aktivitas masih berlangsung karena wabah covid-19, dan keberadaannya sekaligus menjadi bagian dari revitalisasi dan peremajaan museum. Semoga saja untuk tahun-tahun berikutnya semakin ditambah koleksi-koleksi lainnya, khususnya dari alutsista (alat utama sistem senjata) udara. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)